Yokyok jangan lupa vote sebelum baca, seperti biasa 100 votes dolooo.
....................
"Visa gue belum jadi juga?" Yama spontan saja meninggikan suara karena kian kesal.
Bagaimana tak akan jengkel menerima jenis jawaban yang tidak sesuai keinginan.
"Dari dua minggu lalu, gue buat. Tapi belum diterima? Sialan!" Yama mengumpat berang.
Bugh!
Stir mobil dipukul juga untuk melampiaskan kemarahan. Tak bisa dikontrol emosi, apalagi jika rencananya tidak berjalan lancar.
"Berapa lama gue harus nunggu sampai visa gue jadi?" Yama butuh kejelasan.
"Seminggu lagi paling lambat?"
"Sialan!" Kembali terluncur umpatan seiring dengan rasa kesal semakin besar.
Dimatikan telepon secara sepihak. Tak ada pembicaraan perlu mereka bahas kembali.
Donny sudah tahu apa yang mesti dilakukan. Ia bahkan telah meminta pada kawannya itu sejak empat belas hari terakhir ini, untuk mengurus visa dengan jalur lebih cepat, namun caranya tidak berhasil.
Justru harus menunggu hingga tujuh hari lagi. Rentang waktu yang bagi Yama cukup lama.
Terlebih sudah mendesak keinginan untuk menyusul Sahima ke Jerman. Namun, tak mungkin terbang tanpa adanya visa.
Marah adalah satu-satunya hal bisa dirinya lakukan guna melampiaskan kekecewaan.
Entah apakah hingga seminggu kedepan, ia akan tetap bisa menjalani hari dengan waras, kala seluruh pikiran diisi oleh Sahima.
Hatinya juga terus tidak tenang setiap kali harus memikrkan kondisi wanita itu.
Sekitar sepuluh hari lalu, diberikan kabar oleh sang informan tentang Sahima mengunjungi sebuah rumah sakit swasta di Berlin.
Tak hanya sekali datang ke sana, tapi sudah lebih dari lima kali. Terakhir kemarin siang.
Telah pula diperintahkan sang informan untuk menggali lebih dalam tujuan Sahima datang ke rumah sakit itu. Namun sayang, akses tak semudah dikira guna mendapat informasi.
Apakah Sahima sakit?
Jenis penyakit yang serius dan parah?
Apakah berdampak buruk bagi sang istri?
Sial, Yama kembali gelisah manakala otaknya menciptakan pertanyaan-pertanyaan sensitif tanpa jawaban yang terang benderang.
Mengonfirmasi pada Sahima?
Sudah genap sebulan mereka berdua tidak saling berkomunikasi. Satu pun pesannya tak dibalas sang istri. Sudah ratusan chatyang dikirimkan, namun nihil respons
Penghindaran dilakukan secara total oleh wanita itu sungguh sukses menyiksa batin.
Drrtt ....
Drrtt ....
Ponselnya bergetar. Panggilan masuk.
Dikira Pak Hady, namun dari Frasha.
Full versi part ini ada di karyakarsa ya. Link di bio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merebut Suami Kembali
General Fiction[Follow dulu untuk bisa membaca part yang lengkap] Sahima Paramesti Djaya pikir setelah dapat menjadikan Yama Adyatama sebagai suami, ia adalah pemenang di hati pria itu. Namun, nyatanya cinta Yama masih untuk sang mantan kekasih. Masa lalu terus me...