Part 10

14.4K 665 9
                                    


“Sudah cukup,” gumam Sahima sembari memerhatikan penampilannya sekali lagi.

Cermin di depan meja rias yang cukup besar, dapat memerlihatkan dirinya keseluruhan.

Termasuk pakaian dikenakannya.

Sahima memilih kemeja tidak kebesaran kali ini, sehingga kehamilannya cukup terekspos. Lalu, untuk bawahan, digunakan rok midi kasual cukup longgar di bagian pinggang.

Tentu tak akan terasa sesak untuk perutnya yang sudah semakin membuncit.

Fakta jika dirinya tengah mengandung tidak perlu disembunyikan sekarang. Bahkan dari beberapa lalu telah diumumkan di kantor.

Para staf menyambut dengan riang. Sebagian besar juga memberikan hadiah padanya.

Pagi ini, giliran pada sang mertua ditunjukkan kehamilannya karena ibu Yama juga datang secara khusus untuk mengunjungi dirinya.

“Tambah sedikit gincu,” gumam Sahima saat melihat bibirnya yang kurang cerah.

Lipmatte kesukaan warna maroon dipilih. Ia poleskan tipis saja agar tampak lebih merah.

Tepat selesai dilakukan, ketukan pada pintu kamar tertangkap oleh kedua telinganya.

Sahima bergegas berjalan ke sana untuk dibuka, sebab tengah dikunci dari dalam.

Sosok Yama berdiri menjulang tepat di depan pintu kamar. Mata pria itu terpusat padanya.

Memandang dari atas hingga bawah. Kentara terlihat, walau dengan ekspresi datar.

“Sarapan sudah siap.”

Sahima hanyalah membalas lewat anggukan kecil sebanyak dua kali. Lalu, mengikuti Yama yang sudah berjalan lebih dulu.

Namun kemudian, sang suami mundur lagi hingga mereka berdua berdiri berhadapan.

Tangan pria itu juga bergerak ke pinggangnya dan dililitkan di sana. Ia pun langsung tahu apa maksudnya tanpa harus bertanya.

Mereka akan berpura-pura menjadi pasangan suami-istri yang pernikahannya harmonis.

Yama inginkan sandiwara ini, maka dirinya akan dengan senang hati meladeni apa pun permainan yang siap dipertunjukkan pria itu.

“Mama sudah menunggu.”

“Oke.” Sahima menjawab singkat saja.

Lantas, mulai digerakkan kakinya mengikuti sang suami yang sudah berjalan sembari merangkul mesra dirinya.

Tak perlu lama bagi mereka untuk sampai di areal ruang makan dari kamar tidur utama.

Sosok sang ibu mertua pun sudah tertangkap oleh sepasang matanya. Wanita paruh baya berusia enam puluh tahun itu pun juga telah menyadari kehadirannya dan tersenyum.

“Pagi, Mama.” Sahim menyapa dengan nada ceria dan senyuman lumayan lebar.

Dipeluk sang mertua, setelah melepaskan diri dari kepalsuan kemesraan hangat Yama.

“Mama kangen kamu, Anak Cantik.”

“Aku juga kangen Mama. Jarang banget Mama datang ke sini untuk menengokku.”

“Sekarang Mama sudah datang. Mama bisa melepas kangen dengan kamu, Hima.”

Tawa Sahima keluar. Tentu bukanlah bagian dari akting. Ia benar-benar merasa senang dan tersentuh akan ucapan orangtua Yama.

Ibu Citra Rany memang sosok yang tulus dalam menyayangi, termasuk dirinya.

Memiliki mertua yang baik hati, menjadi salah satu keberuntungan tersendiri bagi Sahima. Terlepas dari pernikahannya dan Yama tak berjalan mulus sebagaimana seharusnya.

Merebut Suami KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang