"Dia sangat menyesalinya," jawab Aluna cepat. "Dan karena penyesalannya tersebut... Aku tidak bisa bersatu dengan pria yang kucintai--sebelumnya maaf jika aku keterlaluan karena menggunakan tubuhmu tanpa izin."

Aluna didepan sana terkekeh menutup bibirnya dengan anggun.
"Kau tidak butuh izin ku, gunakan saja sebab aku tidak memiliki hak apapun lagi, Aku senang mendengar jika pria itu menyesalinya. Tapi, kau tidak akan bisa melepaskan diri dari rantai pria itu Aluna. Dia pria egois dan keras kepala padahal sudah ku peringatkan untuk tidak mengganggu mu."

"Apa maksud mu?" alis Aluna menukik curiga, namun kemudian wanita itu menunduk meremat gaunnya. "Jika aku tidak bisa bersatu dengan pria yang kucintai, bisakah kau membuat kehidupan mereka jauh lebih baik?"

"Sayang... Aku bukan Tuhan yang bisa mengabulkan itu semua. Aku hanya ingin mengingatkan mu satu hal, kebahagiaan hanya datang sesaat dalam kehidupan ini jadi jangan terlalu terbuai. Cinta yang telah diselimuti oleh obsesi karena pengkhianatan, kekecewaan, dan patah hati akan kembali menghantui hidupmu jika tidak ada keikhlasan dalam hatinya."

Ucapan penuh peringatan tersebut seakan berdengung berkali-kali ditelinga Aluna.
"Tidak bisakah aku bahagia disini saja? Aku tidak akan sanggup melanjutkan semuanya lagi Aluna... Aku benar-benar lelah, semua orang juga lebih mengharapkan mu yang asli untuk kembali."

"Mengharapkan ku? Apa maksud mu pria yang selalu kau sebut Air itu?" tanyanya tak meleset, namun kemudian wanita itu tertawa seakan baru mendengar hal konyol. "Aluna... Aku tidak mengenal pria itu sayang, aku tidak ingat telah menghabiskan masa kecilku dengannya."

Aluna mengernyit bingung dengan menggaruk rambutnya, jika bukan Aluna yang asli maka Aluna--

"Tanyakan perihal syal merah itu pada Samuel... Dia tau semuanya," tiba-tiba rambut hitam wanita itu berubah menjadi putih tak hanya sampai disana dia juga berbalik hingga wajah cantik dengan tatapan sayunya menatap lembut Aluna yang kini tertegun. "Kaulah keturunan terkahir kami... Adikku."

"Apa--!!!" belum sempat Aluna kembali bertanya tiba-tiba cahaya putih menelan tubuhnya dengan secepat kilat.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





Sapuan lembut di pipinya membuat mata terpejam Aluna kontan terbuka lebar, yang didapatinya pertama kali adalah wajah Samuel yang begitu menatapnya dengan lekat dari jarak yang mampu membuat hidung mancung mereka bersentuhan.

"A--apa..." cicit Aluna sedikit ngeri melihat wajah mengetat Samuel.

"Kau menangis?" tanya balik pria itu menghapus jejak air mata dipipi wanitanya. "Kau menangis dalam tidurmu apa yang kau mimpikan? Tatap dan jawab aku sayang."

Aluna mengerjap sadar, benar dirinya baru memimpikan sosok asli Aluna tapi ia tidak menyadari jika tangisannya akan terbawa ke alam sadarnya, Aluna mendorong dada Samuel lantas menghapus kasar matanya tanpa mengetahui tatapan tajamnya.

My Aluna (Ending) Where stories live. Discover now