Aluna 4

58.6K 3.9K 41
                                    

𝖿᥆ᥣᥣ᥆ᥕ ძᥲһᥙᥣᥙ sᥱᑲᥱᥣᥙm mᥱmᑲᥲᥴᥲ 📖

ȷᥲᥒgᥲᥒ ᥣᥙ⍴ᥲ 𝗍іᥒggᥲᥣkᥲᥒ ȷᥱȷᥲk👣

•••

Sore ini Aluna hanya bisa terduduk diatas ranjang pesakitan, lengannya sibuk menggulir benda pipih yang beberapa jam lalu diberikan dokter Cleo.

Ommanya dengan telaten memberi suap demi suap jeruk manis kedalam mulut cucunya ini, guratan senyum lega timbul dari bibirnya karena sikap sang cucu yang terlihat lebih manja.

"Omma senang kamu tidak lagi memikirkan Samuel," ucapnya memecah keheningan.

"Hm?" jawab Aluna menoleh dengan kerjapan mata yang mana membuat sang Omma terkekeh.

"Apa kamu sedang berusaha menghubungi Samuel dengan ponselmu sayang? Bagaimana? Apa pria itu menjawabnya?" alih Omma.

"Aluna gak ngehubungi nomer siapa-siapa Omma," mendengar itu membuat Ommanya terheran-heran. "Oh, iya. Kapan Aluna boleh pulang Omma?aku gabetah lama-lama disini."

"Kalau besok sudah dapat izin dari Dokter Cleo kita bisa pulang, emang kenapa? Udah gasabar ya buat ketemu Samuel?" goda Ommanya dengan kedipan sebelah mata.

Berusaha menelan jeruk di mulutnya Aluna menjawab.
"Berhenti buat sangkut pautin semua keinginan aku sama Samuel Omma, aku mau berubah dan gak memaksakan perasaan orang lain, cukup sampai disini aja hubungan aku sama Samuel."

Aluna memberikan senyuman tipis yang seolah sudah ikhlas merelakan Samuel untuk orang lain, dirinya harus memerankan sosok Aluna dengan sangat baik oke?

Ekspresi Ommanya berubah terkejut sampai-sampai membekap bibirnya sendiri, wanita itu berdiri dan segera membawa tubuh Aluna ke dalam pelukannya.

Dipikirannya sekarang adalah apa cucu tersayangnya merasakan sakit berlebihan sampai dititik menyerah dan memilih jalan untuk merelakan pria yang diidam-idamkan olehnya, padahal setau sang Omma, Aluna anti dengan kata menyerah atau merelakan dalam mengejar Samuel.

"Astaga sayang... Seberapa dalam dia menyakitimu hm? Sampai kamu akhirnya memilih menyerah seperti ini?" melepaskan pelukannya, tangan Omma beralih menangkup wajah sendu cucunya. "Cucu tersayangku... Apa yang harus omma lakukan untuk membahagiakan mu sayang? Katakan pada Omma."

Aluna tersenyum mendengar kata hangat itu, entah seberapa dalam cinta dari nenek Aluna ini.

"Aku cuman mau mutusin pertunangan ini Omma, dan aku ingin meminta maaf pada semua keluargaku karena sikapku yang kurang ajar selama ini, yang membuat mereka malu. Omma, bukankah ini yang diinginkan Samuel? Aku akan merelakannya untuk sekarang dan seterusnya karena aku paham cinta tidak bisa dipaksakan," ujarnya bijak, air mata lolos dari pelupuk Omma nya sebelum ia kembali memeluk tubuh cucunya ini.

"Aluna... Cucunya Omma ternyata sudah dewasa, itu keputusan yang bagus yang kamu ambil meskipun Omma tau kamu harus menahan sakitnya, apapun itu akan Omma lakukan untuk kamu," dibalik punggunya Aluna menjulurkan lidah seolah mual.

Heh? Sakit? Gue sih bodo amat sama tuh cowok kasar gimana bisa rasain sakit hati, ya kecuali denger kabar pernikahan pak Gama, batin Aluna menunduk lesu mengingat cinta pertamanya yang kandas.

"Baiklah, kamu istirahat dulu. Omma harus menemui Dokter Cleo di ruangannya," pelukan mereka terlepas, Aluna mengangguk mengizinkan.

Melihat wanita paruh baya itu yang mulai keluar ruangan membuatnya menghela nafas pelan, Aluna menyerka rambut panjangnya ke belakang lalu meraih ponselnya kembali.

My Aluna (Ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang