Aluna 8

61.6K 3.8K 124
                                    

𝖿᥆ᥣᥣ᥆ᥕ ძᥲһᥙᥣᥙ sᥱᑲᥱᥣᥙm mᥱmᑲᥲᥴᥲ 📖

ȷᥲᥒgᥲᥒ ᥣᥙ⍴ᥲ 𝗍іᥒggᥲᥣkᥲᥒ ȷᥱȷᥲk👣

(Yang dimulmed itu gambaran seragamnya ya)


•••




Hiasan lampu serta lilin beraroma lavender menyeruak di sebuah ruang khusus pakaian sebuah Mall ternama, beberapa pakaian yang harganya menguras kartu serta sering dibeli para aktor serta aktris ternama berjejer rapih disebelah sisi ruangan tersebut.

Tak sembarang orang dapat memasukinya bahkan untuk menginjakan kaki kesana saja sepatumu harus terlihat mewah dan mahal dengan merek terkenal, tentunya itu sangat mudah untuk dimasuki oleh seorang Samuel.

Pria yang sangat disegani disana itu kini terduduk bertopang kaki di sebuah singel sofa dengan terus mengecek ponselnya.
"Benar-benar menyebalkan, kenapa gadis itu harus sampai memblokir nomorku?! Apa dia fikir dengan seperti itu akan membuatku merasa kehilangannya?! Aku bahkan bisa melacak dan membuka blokiran ini tanpa harus bersusah payah!"

Edgar yang berdiri dibelakang samping kanan Tuannya menggeleng prihatin, sudah jelas sekali Samuel tampak mengharapkan sebuah pesan dari Aluna yang katanya mengganggu itu.

Entah harus seperti apa aku menyadarkanmu Tuan? Andai saja kau keponakanku maka akan ku pukul kepala bodohmu dengan panci milik ibu, eh? Apa barusan aku menyebutnya bodoh? Setelah membatin Edgar melirik Samuel kemudian bernafas lega saat Tuannya tak mendengar hinaan yang diucapkan hatinya.

Samuel menyerka rambutnya, pria dengan tatapan tak bergairah tersebut menarik turun dasinya sendiri kemudian melepas semua kancing bajunya mengekspos tubuh atletis dengan perut sixpack itu, kedua lengannya diselonjorkan disandaran sofa dengan kepala bersandar menatap langit-langit ruangan mewah tersebut.

"Apa ada informasi tentang gadis itu Edgar?" ya, entah untuk yang keberapa kalinya Tuannya bertanya seperti itu dan pasti tujuannya adalah Aluna.

Edgar mengepalkan lengan didepan bibirnya menutup senyum begitu Samuel memejamkan matanya dengan wajah frustasi yang amat kentara, dasar Tuannya memang gengsi dalam benaknya.

"Tidak Tuan, informasi terakhir yang saya dapat Nona pulang dengan selamat dijemput oleh Kakanya."

Samuel hanya berdehem berat, akhirnya beberapa pelayan wanita disana berjumlah tujuh orang datang berbondong dengan membawa beberapa seragam sesuai dengan perintah Samuel.

Samuel membuka matanya lalu menegakan posisi duduknya, ia menyipitkan mata begitu semua seragam itu tampak biasa saja menurutnya.

"Apa-apaan ini?! Tidak bisakah kalian menyediakan seragam yang lebih modis untuk ku?!" bentaknya membuat mereka yang awalnya terpaku menatap pesona Samuel saat seperti itu malah jadi tertunduk takut. "Jawab!"

"M-aafkan kami Tuan, tapi ini adalah seragam dengan tampilan sederhana namun terbuat dari kain dan benang langka sesuai perintah anda," jawab salah satu dari mereka dengan suara bergetar.

Samuel memukul meja didepannya yang sukses membuat ketujuh wanita itu tersentak kaget.
"Beraninya kalian---!!!"

"Tuan, ingat dengan misi Tuan. Bukan saya berusaha menasehati anda tapi semua seragam ini cukup fantastis walau tampilannya sederhana, Tuan harus memerankan peran Tuan dengan baik didepan Nona Aluna, ingat?" lerai Edgar membuat Tuannya terdiam.

Mendengar nama Aluna entah kenapa membuat emosi Samuel menguap, pria itu menatap malas mereka.
"Ck, berikan yang itu untuk ku."

Dengan patuh, orang yang ditunjuk oleh Samuel berjalan menyerahkan seragam tersebut dengan kepala tertunduk yang langsung diterima oleh Edgar.

My Aluna (Ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang