43 S2: 91

150 34 15
                                    

(M/N) melirik ke handphonenya dan menatap jam digital yang menunjukkan waktu masih tersisa 90 menit untuk membunuh Koro-sensei. Angin debu berhembus kencang karena gerakan serangan bertubi-tubi milik Mutan No.2 membuat mereka kesulitan melihat keadaan Koro-sensei.

Bahkan untuk melihat pergerakan dari Mutan No.2 saja begitu sulit sangking cepatnya membuat (M/N) tak bisa mencari celah untuk menembaknya. Teman-teman sekelasnya juga sama sepertinya tak bisa melihat Koro-sensei begitu fokus melihat pertarungan sampai tak sadar akan kehadiran Mika.

Buaghh!!

Tubuh (M/N) terpaksa mundur saat sesuatu yang keras menabrak ulu hatinya. Dengan mata menyipit (M/N) berusaha memfokuskan penglihatannya ke arah sosok menyerangnya tertutupi debu.

Begitu sosok itu berdiri tepat di depannya, (M/N) akhirnya dapat melihatnya yang ternyata adalah Mika dan sekarang dia menodongkan bilah mata katana di depan wajahnya.

"Ucapkan kata-kata terakhirmu ... " ucap Mika dengan seringai di wajahnya dan mata dingin menatap (M/N) tajam.

Salah satu tangan (M/N) menggaruk setengah tanah lalu menundukkan kepalanya membuat Mika masih diam tak bergerak dari tempatnya berdiri.

"Pulanglah ... "

"Huh?"

Scraashh!

"Ugh, anj—" Mika mengusak matanya yang kemasukan debu tanah karena ulah (M/N) yang melemparinya tanah dan menggunakan kesempatan itu untuk kabur darinya.

Mata merah berair itu menatap kepergian (M/N) dengan tajam dan menyusulnya begitu rasa perihnya mereda. Sedangkan (M/N) yang berasal di belakang sekolah mengeluarkan pisau belati lipatnya dari saku celana dan memasang posisi bersiaga.

Srekkk!

Ctangg!!

Spontan tubuh (M/N) berbalik ke belakang saat mendengar gerakan dan mengarahkan belatinya yang miring ke bilah mata katana. Kedua benda tajam itu saling berdentang sembari menahan serangan dari pihak lawan.

Baik itu (M/N) atau Mika tak ada yang mengalah dan masih menahan serangan sembari menekan sang lawan satu sama lain. Tangan kiri (M/N) dengan gesit mengambil pistol anti-sensei lalu mengarahkan ke wajah Mika.

Srechhh!

Dorr!

Mika memundurkan tubuhnya dengan kepala yang sengaja memiring hingga peluru itu tidak mengenai kepalanya. Sebenarnya pistol itu tidak bahaya, mungkin karena reflek membuatnya menjauh dan Mika tahu apabila (M/N) sengaja melakukan itu untuk mengalihkan perhatiannya.

"Sial ... " geram Mika dengan gigi bergemalatuk kesal dan menyerang (M/N) bertubi-tubi menggunakan pedang katana miliknya.

Ctangg!

Ctangg!

Ctangg!

Setiap serangan dari Mika selalu dihalau oleh (M/N) menggunakan belati dan tentunya itu membuat berat sebelah karena senjatanya terlalu kecil untuk menahan serangan Mika. Sesekali lengan dan wajah (M/N) tergores tapi ia tetap fokus berusaha untuk tidak mengalihkan perhatian dari orang di depannya.

Kebencian Mika bertambah melihat (M/N) yang terus menghindar membuatnya membuang-buang waktu dan menyerangnya lagi tapi lebih brutal. (M/N) sampai kewalahan menerima serangan dari Mika. Bersembunyi saja tidak bisa karena mereka berada di tengah lapangan.

Tempat terbuka merupakan kelemahan (M/N) yang lebih suka melakukan penyergapan dengan cara sembunyi-sembunyi dan terpaksa menendang perut Mika untuk memberi jarak antara mereka.

[The Anime Assassin: Season 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang