sabar yah

0 0 0
                                    

Haii! Sebelum baca vote!!
.
.
.
.
.

Lima menit sebelum bel, Velo baru saja masuk. Semuanya tampak kaget, karna mereka pikir bu Adel sudah masuk dari cutinya. Velo segera berjalan ke arah kursinya, terlihat nafasnya terburu-buru.

"Tumben baru nyampe?" tanya Karin- teman sebangkunya.
"Iya nih, gara-gara Juki, emang bapak bapak, pengen darah tinggi gue," jelasnya. Sejak kemarin, tetangganya mendengarkan lagu menggunakan pengeras suara.

Dita pun yang baru saja datang dari kamar mandi pun langsung berlari memeluk Velo, merasakan ada sebuah lengan yang melingkari tubuhnya Velo pun menoleh. Melihat Dita yang tersenyum lebar, membuat Velo terkejut.

Dengan keras, Velo pun langsung mendorong tubuh Dita agar menjauh. Tak sengaja, tangan kanan Dita terbentur pada ujung meja.

"Aww..." Dita pun mengangkat tangannya ke atas dada.
"Eh, sori sori, luka nggak tangannya? Atau lecet?" beo Velo.

Ia terlihat khawatir dengan keadaan tangan Dita, ia benar-benar tak sengaja mendorong. Maksudnya hanya bercanda, namun, malah membuat telapak tangan Dita terluka.

Meskipun terlihat wajah Dita sangat santai, namun, rasa bersalah masih ada dihati Velo. Velo pun mengambil salep antibiotik yang selalu ia bawa di tas.

"Gue kasih salep ya babe?" ucapnya sambil mengusap-usap telapak tangan Dita agar debu yang menempel sedikit hilang. Lalu ia pun mengoleskan salep itu sambil sedikit menekankan jarinya agar salep itu cepat merasuk.
"Thanks ya.. sayang hehehe," candanya. Rasanya Velo ingin sekali mendorong lengan Dita sekali lagi, namun, ia tak melakukannya karna Bu Adel sudah masuk kekelas.

Dengan tatapan sinis, Bu Adel memulai pelajaran. Baru saja dia selesai cuti, langsung memberikan banyak sekali tugas, Yuri yang belum sarapan sama sekali sangat lemas.

Melihat Yuri yang bermalas-malasan membuat Bu Adel geram. Dia hampir saja menghampiri Yuri, namun, salah satu anggotanya osis lebih dulu mengetuk pintu.

"Permisi Bu Adel," ucap laki-laki yang bernama bagas.
"Oh, iya nak bagas, ada apa?" Bu Adel pun menghampirinya.
"Ada yang namanya Velo dan Yuri?" tanyanya sambil sedikit menyungging bibirnya.
"Velo dan Yuri, di panggil nih."

Mendengar itu, Velo segera menarik lengan Yuri, dan mendekati dua orang yang ada di depan pintu. Setelah berbincang sebentar, mereka bertiga pun keluar dari kelas.

Sambil berjalan, mereka menyempatkan waktu untuk berbincang mengenai kegiatan osis ini. Tak terasa sudah dua tahun Velo masuk ke organisasi ini.

***

Tak terasa bel istirahat sudah berbunyi, saat Yuri hendak berdiri dan keluar dari ruang osis, ia di tarik kembali ke kursinya.

"Vel, gue tau itu lo," ucapnya menoleh kearah Velo. Terlihat, ia sedang menahan tawanya.
"Kantin yok!" ajak Yuri dengan semangat.
"Gak."
"Gue traktir deh, yok!" Lalu Yuri pun menarik tangan Velo, hingga ia terbebas dari kursi yang ia duduki.

Kesempatan yang tidak akan di ulang lagi, Velo pun mengikuti Yuri yang berjalan ke kantin sekolah. Dari awal, Velo sangat tidak nyaman, setiap ia bergerak kesana-kemari selalu saja ada mata yang mengikutinya.

Siapa lagi kalau bukan seorang ketua osis, ia bernama Steven. Sudah jadi rahasia umum jika seorang kerua osis menyukai dirinya, dan smeua siswa dan siswi juga merestui mereka berdua jika berpacaran. Namun, yang menghalangi mereka adalah, agama.

Sebenarnya, rahasia ini terbongkar karna salah satu sahabat Steven yang membocorkan rahasia itu ke angkatan mereka. Bohong jika Velo tak menyukai Steven, bagaimana bisa seorang ketua osis yang tampan nan pintar ini tidak disukainya.

Hal yang membuatnya harus bersabar adalah, ketika mereka berdua tak sengaja masuk ke area kantin bersamaan, seperti yang terjadi saat ini.

"KIW KIW!! Ada yang masuk kantin barengan nih!"
"Pacara aja lah! Gapapa, meskipun dinding terlalu tinggi"
"Gue restuin kalo Steven pacaran, asal sama Velo!!"

Mendengar racauan siswa siswi di kantin, membuat Velo ingin melemparkan sepatunya ke mereka. Namun, dia harus menjaga image di depan seorang Steven.

Saat menoleh ke samping, terlihat sudah tidak ada lagi sosok yang sangat menjengkelkan itu. Sekarang, Yuri sedang cengengesan dengan Dita yang ada di sampingnya, segera Velo langsung menghampiri mereka berdua tanpa menoleh sedikitpun kearah anak-anak yang sednag menyoraki dirinya.

Melihat Velo yang sednag berjalan ke arahnya, Yuri pun segera meninggalkan Dita sendirian.

"Mau kemana lo!" teriak Velo. Yuri sama sekali tak menjawabnya, malahan menertawakan Velo.
"Sabar Vel, ya gitu nasib punya temen yang kelakuannya kayak setan."

>\\<

~Bersambung~

Hai guys!! Sorry nih aku cuma up sedikit, hehe.. ideku habis semua, insyaallah besok atau nanti aku bakal up double.. oke! Sebelum lanjut ke bab selanjutnya pastikan kalian vote dulu yaa makasih... >\\<





ALONEWhere stories live. Discover now