12. Our Baby is Sick

8.2K 903 64
                                    

HAPPY READING ONTY UNCLE 💖😙

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

HAPPY READING ONTY UNCLE 💖😙

***

Suasana kediaman Osterio terasa mencekam dengan aura tak bersahabat para penghuninya. Para maid dan pengawal tampak lebih berhati-hati dalam bekerja takut-takut membuat para tuan dan nyonya Osterio murka.

Hawa di meja makan pun sama mencekamnya. Mereka memakan sarapannya dengan cepat dan terburu-buru tanpa sepatah katapun. Usai menyelesaikan sarapan, mereka bergegas naik menuju kamar si kecil yang terbuka lebar.

Di dalam sana sudah ada Harlan dan Arunika tengah menenangkan si kecil yang terus merengek dan menangis.

"Hiks pelih mata na, pala na Ello mutel-mutel," isaknya. Kepalan tangannya terus memukul-mukul kepalanya dengan brutal.

"Sayang hei jangan pukul kepalanya nanti makin sakit." Harlan menahan kepalan tangan Ello yang berontak.

"Didi hiks...."

Harlan mengayun-ayunkan tubuh mungil putranya. Wajah Ello benar-benar pucat, di dahinya tertempel plaster penurun panas, sejak subuh tadi demamnya sangat tinggi. Bahkan anak itu sempat kejang hingga membuat seluruh keluarga panik menelpon dokter pribadi mereka.

Dengan lembut Arunika mengusap air mata di kedua pipi Ello dengan tisu. Mata Ello bahkan sudah bengkak karena kebanyakan menangis. Sebagai seorang ibu, tentunya Arunika merasakan sesak melihat putranya kesakitan dan menangis.

"Adek tenang ya nak, ada Mommy sama Daddy di sini," bagai mantra sihir yang mujarab, perkataan Arunika perlahan membuat tangisan Ello mereda. Hanya tersisa cekutan dengan nafas yang sedikit tersengal.

"Didi bobo sama Ello, angan pelgi." Anak itu melirih dalam tidurnya. Ia terus mengeratkan pelukannya pada leher Harlan seolah-olah takut akan di tinggalkan.

"Iya Daddy temani, sekarang adek bobo lagi ya nak." Dengan telaten Harlan menyenandungkan lagu penghantar tidur untuk Ello membiarkan para keluarganya yang lain menatapnya dalam diam.

"Apa sebaiknya kita bawa adek ke rumah sakit?" Cetus Langit. Pemuda itu memilih bolos sekolah untuk membantu merawat adik kecilnya.

"Dokter sudah memeriksa adek tadi pagi bang, adek hanya demam karena kecapekan bang." Ucap Arunika mengelus rambut Langit penuh sayang. "Doain adek cepet sembuh ya bang, biar kalian bisa main sama-sama lagi." Imbuhnya.

"Tentu Mom, aku selalu berdoa untuk kesembuhan adek." Sahut Langit mantap.

Setelahnya semua diam, mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing. Sesekali Arunika menoleh ke arah pintu balkon memastikan suami dan anaknya masih di sana.

Ottello OsterioWhere stories live. Discover now