11. Fear

8.5K 897 43
                                    

HAPPY READING ONTY UNCLE 💖JANGAN LUPA RAMAIKAN YAAA!!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

HAPPY READING ONTY UNCLE 💖
JANGAN LUPA RAMAIKAN YAAA!!

***

Langkah kaki seorang balita mungil menggema di setiap lorong panjang mansion mewah Osterio. Namun, ada yang menarik dengan balita tersebut, kedua kaki mungilnya berjalan di hentak-hentakkan, mata bulatnya mengeluarkan liquid bening menyusuri pipinya yang gembil kemerahan, bibir mungil merah mudanya mengerucut dengan cebikan lucu.

Nah begitulah gambaran dari sosok balita yang kini berjalan melewati lorong yang menghubungkan ruang makan di mansion Osterio.

"Mimi~"

Suara panggilan lirih nan lembut itu membuat sosok wanita yang sibuk berkutat dengan piring dan gelas di depannya berbalik. Saat berbalik wanita itu mendapati wajah penuh air mata putranya.

"Loh baby, turun sama siapa?" Tanya Arunika panik. Pasalnya kamar mereka berada di lantai dua sementara kini Ello sudah berada di depan matanya sendirian sambil menangis.

Ello tak menyahut, anak itu langsung menubruk kedua kaki Mommy nya dengan sedih. "Hiks,"

Arunika mengelus lembut rambut lebat Ello, dengan hati-hati wanita itu mengangkat tubuh kecil Ello ke dalam gendongannya. "Anak gantengnya Mommy kenapa hem? Kenapa turun sendirian? Adek nanti jatuh,"

Ello menenggelamkan wajahnya ke cerukan leher Arunika, masih tanpa jawaban hanya isakan kecil yang terdengar.

"Loh cucu Nena sudah bangun, kenapa menangis?" Rosalia yang baru masuk usai pergi berbelanja stok makanan kaget melihat menantunya menggendong Ello yang sedang menangis.

"Ello kenapa, Nika?" Tanya Rosalia menatap menantunya.

Arunika menggeleng kecil pertanda tak tahu. "Adek tiba-tiba udah di bawah aja, Mah. Padahal tadi aku tinggal masih tidur," jelasnya.

"Adek pasti turun lewat tangga." Imbuhnya.

Rosalia melotot, "Astaga kaki mungil cucu Nena pasti sakit ya nak." Ia memberikan pijitan lembut pada kedua kaki Ello.

"Sayang tenang ya, sini coba cerita sama Mommy kenapa adek nangis?" Setelah merasa Ello sedikit tenang, Arunika duduk di kursi makan dengan memangku Ello. Tak luput juga Rosalia yang baru saja datang dari dapur membawa sebotol susu untuk Ello.

"Hiks, Mimi~"

"Iya sayang, cerita ya nak sama Mommy." Dengan penuh kelembutan Arunika mengusap punggung sempit Ello.

Tatapan keduanya bertemu, bibir Ello terbuka namun setelahnya kembali tertutup seolah ragu untuk mengatakan sesuatu.

"Don't worry baby, Mommy here, adek ngga usah ragu buat cerita sayang."

"Mimi, Mimi nda akan buang Ello ke jalan tan? Ello nda akan nakal Mimi, Ello belguna kok , Ello bisa kelja jual buna lagi bantu-bantu bial Mimi sama Didi puna uang." Ucapan lugu putranya sungguh membuat hati Arunika sakit. Mata wanita itu bahkan sudah memerah menahan air matanya turun.

"Sayang hei, kenapa adek ngomong gitu nak?" Arunika tak habis pikir kenapa putra kecilnya sampai berpikir begitu.

"Um~" Ello tetap bungkam dengan kepala tertunduk.

"Sayang, kamu sayang Mommy kan? Jadi ayo cerita, jangan di pendam sendirian, nak."

"Adek, jangan takut ada Mommy sama Nena di sini, siapa yang membuat adek bisa berpikir begitu hem?" Rosalia sudah berpikir jika ada orang yang mempengaruhi Ello sampai anak itu kepikiran ke sana.

Ello mengerjap pelan, pandangannya sendu menatap Mommy tersayangnya. "T-tadi ada bibi nang bangunin adek," suaranya terjeda sesaat. Arunika maupun Rosalia masih menunggu dengan sabar cerita Ello.

"Telus bibi na malah Mimi, talik-talik selimut na adek. Kata na adek pemalas, Mimi adek sekalang malas ya? Maaf Mimi," Ello mulai terisak, namun masih berusaha menceritakan kejadian saat ia bangun tadi.

"K-kata na adek nda pantas jadi anak na Mimi sama Didi, bibi juga bilang nanti Mimi sama Didi puna anak balu telus Ello di buang ke jalan. Angan buang Ello ya Mimi, hiks~" Ello mengusap air matanya dengan kasar. Ia memeluk erat leher Arunika seakan-akan takut kehilangan. Ello tidak mau di buang, Ello takut sendirian.

"Hiks, angan buang Ello Mimi hiks~"

Sakit sekali hati Arunika mendengar suara tangisan pedih Ello. Tak sekalipun terbesit pikiran akan membuang Ello, tak akan! Ello sudah menjadi putranya, maka selamanya akan menjadi putranya.

"Sayang, kamu putra Mommy dan Daddy apapun yang terjadi. Kamu satu-satunya putra Mommy, jangan pernah berpikir kami akan membuang kamu, nak. Kamu berharga yang akan selalu kami jaga selamanya." Isak Arunika. Sesak rasanya saat ia mengatakan itu, putranya harus mendengar ucapan tak senonoh dari pembantu yang bekerja di mansionnya.

Hanya terdengar isakan Ello di sana, Arunika tak henti-hentinya membubuhkan kecupan sayang pada pucuk kepala Ello. "Kamu berharga sayang, terima kasih sudah lahir. Terima kasih sudah menjadi putra kecil Mommy dan Daddy."

Jangan tanyakan bagaimana wajah penuh amarah Rosalia saat mendengar cerita cucu nya. "Parasit!" Desisnya tajam. Saat hendak mencari keberadaan suami dan anak sulungnya, ia justru menemukan sosok Harlan dengan setelan kantor yang sudah kusut, berdiri dengan mata memerah menahan air mata, jangan lupakan kepalan tangannya pertanda amarah menguasainya.

"Harlan?" Wanita dengan rambut beruban itu mengelus lengan Harlan yang terasa kaku dan tegang. "Tenanglah, cucu Mama sudah tidur." Ucap Rosalia menunjuk Ello yang kini terlelap di pelukan Arunika.

Harlan mengangguk mengusap lengan sang Mama. Pria itu langsung mengecup kepala sang istri menenangkan wanitanya yang kini menangis seolah mengadu padanya. "E-ello menangis, Mas." Lirih Arunika.

Harlan menatap wajah sembab Ello dengan pandangan sendu. Tangannya bergerak mengusap lembut jejak air mata di kedua pipi gembilnya. Ia menarik tangannya dengan napas memburu, beraninya orang rendahan membangunkan sosok iblis di dalam tubuhnya.

"Tenanglah, bawa putra kita ke kamar sayang." Titah Harlan. Pria itu menoleh begitu mendengar suara langkah kaki mendekati mereka. Itu Papa dan kakak serta keponakannya.

"Biar Mama temani," Rosalia menuntun Arunika yang menggendong Ello menuju lantai dua.

Sepeninggal keduanya, pandangan Harlan berubah tajam. Pria itu tak sabar membasmi kuman yang berani membuat putranya bersedih.

"Dimana jalang itu?!" Desis Harlan.

"Di tempat biasa, kau bebas melakukan apapun, Harlan." Ucap Roberto dengan wajah datar. Pria itu juga sangat marah mendengar perlakuan tak pantas yang cucunya terima dari seorang pembantu.

"Ku pastikan jalang itu tahu diri akan posisinya." Ucap Harlan, kemudian ia bangkit berjalan dengan langkah lebar menuju ruang hukuman yang pastinya akan membuat seluruh jiwa dan raga orang yang memasukinya akan terasa sesak. Tak ada satupun yang keluar hidup-hidup dari sana jika sudah berurusan dengan keluarga Osterio.

"Aku ikut! Berani sekali jalang bodoh itu membuat adikku menangis sedih!" Langit berjalan menyusul pamannya yang sudah hampir melewati pintu keluar, disusul oleh Laut dan Gideon.

Di belakang mereka ada sosok Harvey dan Roberto yang berjalan dengan langkah tegas mengikuti mereka. Sudah di pastikan jika maid yang berani menyakiti perasaan permata tersayang Osterio akan mati dengan mengenaskan di tangan para iblis itu.

TBC

Hei hooo!!!

Ello update nih, jangan lupa ramaikan dengan komen emot kalian ya💖💖

Segini dulu kapan-kapan lagi papaii 💖

With Luv

Taya

Ottello OsterioWhere stories live. Discover now