Misteri Baru

21 7 2
                                    

Kedatangannya diiringi rembulan yang menggantung cantik di atas cakrawala. Tiga hari sudah ia menyandang status sebagai calon menantu Diwan Suryoto. Tiga hari pula cicin itu telah menghiasi jari manisnya sebagai sebuah komitmen.

Di dalam kamarnya Ahsan sibuk membuka jas kerja dan melonggarkan ikatan dasi. Bersamaan dengan itu, Agan mendorong pintu kamar adiknya tanpa mengetuk.

Ahsan menoleh dan mengumbar senyum ketika Agan muncul di balik pintu.

“Sori, gue pikir lu belum pulang,”

“Enggak apa-apa, Kak. Kenapa?”

Agan mendekat dengan paper bag putih di tangan. “Ini. Sori sekali lagi, gue lupa kasih hadiah pertunangan lu dari Muti.”

Ahsan menerima bingkisan itu. “Oke, nanti gue bilang terima kasih langsung sama dia.”

“Ya, udah kalau gitu, gue tinggal,”

"Thanks, Kak,"

Di ambang pintu Agan berbalik sesaat dan mengangguk disertai senyum ketika Ahsan menyerukan rasa terima kasih padanya sebelum ia benar-benar menutup rapat pintu kamar.

Selepas keluarnya Agan, paper bag putih itu menyita perhatiannya. Di ujung kasur Ahsan terduduk membuka isi bingkisan itu. Ada sebuah botol kaca berbentuk persegi berisi cairan parfum bening dan sebuah kotak hitam tanpa kartu ucapan.

Sedikit dia menyemprotkan parfum itu ke udara. Dua-tiga detik dia terpaku. Aroma parfum melayang tipis menembus penciumannya. Perlahan Ahsanp menghirup aromanya. Wangi yang menenangkan dan tak asing baginya. Sekali lagi Ahsan melihat botol parfum di tangannya yang tampak sama percis dengan beberapa botol parfum di atas meja riasnya. Ahsan mengedikan kepala sambil tersenyum tipis, keheranan.

Tersisa satu kotak perhiasan berwarna hitam yang tak kalah membuatnya penasaran. Ketika Ahsan membukanya, terdapat sebuah tali seukuran pergelangan tangan dengan linontin huruf A.

Tunggu sebentar!

Di mana aku pernah melihat benda ini?

Berlama-lama Ahsan diam memutar ingatan, melakukan proses tanya-jawab, berdiskusi dengan dirinya sendiri, demi memecahkan teka-teki.

Hadir raut frustasi di wajah Ahsan, yang seolah mengartikan ketidak sanggupannya menjangkau memori tentang benda di tanganya dan itu membuat kepalanya  pening. Ahsan menggeleng pelan.

“Tali, liontin, huruf A?” ucapnya nyaris berbisik. Berulang kali Ahsan mengucapkan tiga kata itu dengan volume suara yang sama.

Tiba-tiba, Ahsan terlonjak. Sesuatu menyadarkan Ahsan akan benda itu.

“Gelang liontin, gue!”

Ahsan tersekat. Rasa penasaran itu berubah menjadi kegelisahan. Sebuah benda yang terlihat asing kini menjelma menjadi benda yang sangat dikenalinya. Ya, Ahsan yakin, benda ini adalah gelang yang di maksud Irgi dalam ceritanya.

Bergegaslah Ahsan membasuh wajahnya dengan air berkali-kali. Di depan cermin wastafel dia menatap wajahnya sendiri. Dia sadar, kini masalahnya tak lagi sesederhana itu. Masalahnya bukan lagi prihal misteri siapa dia di kota kelahirannya. Namun, misteri apa yang sesungguhnya terjadi di kota Kembang?

Who is she?

***

Momen yang tak diduga-duga. Kedatangan Mami Luna ke Naice Cream di jam makan siang membuat mata yang mengenalnya terkejut. Keke cepat-cepat beralih posisi, menyibukan diri di belakang meja kasir. Ahsan tak kalah cepatnya membuka laptop dan data pekerjaan di dalamnya. Begitu pun Agan, buru-buru dia menghampiri ibunya.

After 1.800 DaysWhere stories live. Discover now