Black Cat (3)

214 17 6
                                    

Anak laki-laki yang Seokjin putuskan beberapa minggu lalu itu bernama Min Yoongi. Seokjin sendiri tak pernah memanggilnya dengan nama itu. Seokjin malah sering memanggil dengan nama Suga atau kucingnya. Soalnya, anak ini manis seperti Gula dan kelakuannya mirip seekor kucing di matanya.

Pertama kali Seokjin bertemu dengan Yoongi adalah satu tahun lalu, saat pulang sekolah. Tepat di hari pertama Seokjin masuk sekolah.

Seokjin melihat anak itu berdiri menyenderkan punggungnya di tembok pagar gang menuju rumahnya, Seokjin jujur saja merasa terganggu karnanya. Jadi alih-alih Seokjin menghindar dia malah menyapa Yoongi dan bertanya padanya saat itu.

"Lu siapa? Kenapa berdiri di tempat kaya gini, kalau lu tetap begitu di sini hari besok, gue rasa orang bakal curigai lu orang jahat," kata Seokjin blak blakan.

Karakter Seokjin memang seterbuka itu, karena dia tidak bisa menahan diri saat sesuatu tidak sesuai dengan yang seharusnya.

Anehnya, anak itu tersenyum, namun tetap menatap dengan matanya yang setajam mata kucing. Cara Seokjin menatap untuk menghadapi Mina, sebenarnya dia yang mengajari Seokjin setelahnya. Sikap jemawa dan aura kuat yang di milikinya bahkan tidak diabaikan Seokjin.

"Menunggu ayahku," jawabnya, dengan tenang.

Pertama Seokjin mendengar suaranya yang serak dan jawaban yang diberikan membuat dirinya merasa kasian pada Yoongi. Bukan seperti rasa kasian yang sama saat mendengar suara lembut Wooyoung, tapi lebih rasa mengasihi dengan apa yang menempel pada diri Yoongi ini.

Yoongi kurus, dengan warna kulit pucat dan baju lusuh, tapi sorot mata dan apa yang ada pada dirinya ini, melebihi penampilan fisiknya, membuat Seokjin terkesan. Jadi Seokjin bertanya lagi,

"Apa lu seorang pelajar? Apa lu sekolah?" Seokjin mengamati postur tubuhnya yang tegap, dan tingginya tidak jauh dari tinggi kakak Seokjin yang sudah berumur 25 tahun.

"Ya dan tidak," jawabnya, saat mengatakannya, mata kucing Yoongi membentuk lengkungan cantik,

Kontras dengan tajamnya matanya, Yoongi punya senyum yang sangat menawan, senyum yang sampai pada matanya, tulus dan lembut.

"Gue lebih penasaran sama jawaban 'tidak' lu ketimbang 'Iya'nya. Kenapa lu ngga sekolah?" Seokjin bertanya sekali lagi. Sedikit mendekat karena rasa penasaran.

Saat itu sudah pukul 4 sore. Dijadwal sekolah Seokjin harusnya dia pulang pukul 5 sore, namun karena hari pertama Seokjin ke sekolah, dia pulang lebih awal. Jadi Seokjin punya waktu sekitar satu jam lagi dan harus sampai rumah jika tidak ingin membuat orang tuanya khawatir. Seokjin memutuskan menghabiskan waktunya di sini dan mengobrol dengan kucing Yoongi.

"Tidak, jika ayahku tak pulang hari ini juga," katanya, masih dengan tersenyum.

Akhirnya, Seokjin tau kenapa alasan Yoongi itu tidak bisa sekolah. Ayahnya kabur dan meninggalkan dia dan ibunya sementara rumah mereka dijual tanpa mereka tahu. Ibunya beberapa bulan ini pergi keluar kota untuk bekerja.

Yoongi tinggal sendiri di tempat ini. Tinggal di sebuah rumah milik tetangganya yang berbaik hati mau menampungnya tapi tak bisa membuatnya bersekolah. Yoongi yang setahun lebih tua dari Seokjin terpaksa berhenti sekolah.

"Lu harus sekolah!" kata Seokjin tegas padanya,

"Apapun yang terjadi lu harus sekolah,"

Yoongi tersenyum lagi, "Ibuku sudah menabung banyak agar aku bisa sekolah," jawabnya cukup melegakan Seokjin.

"Lu bandel kan jadi ngga mau sekolah?" tanya Seokjin,

Saat itu Seokjin hampir bersimpati dengannya, tapi mendengar Yoongi memutuskan tidak sekolah penilaian Seokjin tentangnya menurun. Padahal kan ibunya juga punya uang.

PURE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang