Cause we are friend

338 32 6
                                    

Jungkook menghentikan sepedanya tepat di depan Seokjin

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.


Jungkook menghentikan sepedanya tepat di depan Seokjin. Dengan ponggah menunjukan gaya siap menjemput sahabat perempuannya itu. Seokjin hanya terkikik dan segera duduk di bonjengan. Memeluk pinggang Jungkook yang langsung mengayuh sepedanya dengan kecepatan penuhnya, agar dia bisa mendengar protesan Seokjin karena gadis itu belum sepenuhnya bersiap.

Tapi Jungkook selalu menikmati waktunya mengoda Seokjin. Dia paham benar hal-hal yang membuat sahabatnya itu merasa terganggu dengan perlakuannya. Meski Seokjin akan mengomel sepanjang waktu dan membuat telinganya pengang, Seokjin tidak akan pernah marah lama.

Seokjin akan mencari Jungkook kapanpun dia membutuhkan, dan dengan wajah usil Jungkook akan mengulangi kesalahannya itu, sampai dia puas.

Seokjin menutup matanya menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya. Mereka melewati jalanan penuh pepohonan dengan sepeda Jungkook, menembus hutan kecil untuk sampai ke rumah mereka. Seokjin selalu suka, karena desa tempatnya tinggal ini menyimpan ribuan kenangan dirinya dan orang-orang yang dia cintai.

"Jangan tidur, aku tahu kamu memejamkan mata,"

Bagai memiliki mata di belakang kepalanya, Jungkook bisa menebak kalau saat ini Seokjin hampir terlelap saking menikmati perjalanan yang hanya di tempuh 15 menit untuk sampai ke rumah mereka masing-masing.

"Kau menganggu me timeku," protes Seokjin cemberut,

"Eratkan pegangan, aku akan mengebut!" kata Jungkook tiba-tiba, membuat jeritan Seokjin terdengar menembus hutan.

"Jeon Jungkook!!!!"

.

.

.

Kakak perempuan Seokjin, Kim Jiwoon terlihat sedang berbaring di tempat tidur setelah Seokjin sampai di rumah.

"Kakak kapan ke sini?" tanya Seokjin senang kakak kandungnya itu mengunjungi rumah bibinya yang di tinggali olehnya.

Kim Jiwon bangun dan duduk melipat kedua kakinya,

"Ada apa dengan seragammu itu? Gayamu kuno sekali, kenapa seragam sudah lusuh masih saja kau pakai Jinnie," alih-alih menjawab pertanyaan Seokjin, Jiwon malah membahas hal lain.

"Ini masih bagus, jadi aku pakai saja," alasan Seokjin, dia meletakan tas dan perlengkapan harinya untuk pergi ke sekolah di atas meja belajarnya. Tak lupa dia menutup jendela karena angin sore mulai masuk dan membawa udara dingin awal musim gugur.

"Orang akan berfikir kakakmu tidak mampu membeli seragam untukmu tau," protes kakaknya, enggan mendengar alasan Seokjin.

"Uang kakak bisa untuk hal lain, bajuku masih bagus,"

"Ku bilang ganti. Bersiaplah, kita akan pergi ke toko untuk membeli seragammu,"

Kim Jiwon yang keras kepala dan tidak mudah di bantah keluar dari kamar adik perempuannya yang nampak pasrah.

PURE LOVEDonde viven las historias. Descúbrelo ahora