Perkara Jodoh (7) - END

415 47 14
                                    

Rencananya, Jungkook pulang dari kantornya lebih awal. Dia merasa gagal untuk membawa Seokjin ke tempat seru seperti yang dibayangkan. Seokjin benar-benar seharian di rumah. Main game konsol di ruang tamunya, menghabiskan cemilan di kulkas saat Jungkook menelfonnya dari kantor.

Rapat berjalan alot karena ada masalah pelik yang jadi makanan sehari-hari untuk Jungkook tanggani dan membuat kepalanya pening setengah mati. Pada akhirnya dia tetap pulang terlambat. Seokjin pasti sudah siap-siap di dalam kamarnya dan mengepak baju-bajunya. Jungkook setidaknya akan mengantar Seokjin sampai di bandara dan memastikan gadis itu aman dan tetap di bawah pengawasaannya.

Sampai di rumahnya Jungkook tidak menemukan Seokjin. Seokjin hanya meninggalkan catatan kecil bertulisan kalau dirinya pergi karena sudah di jemput Jimin. Lalu Jungkook mencoba menelfon gadis itu, namun ponselnya mati. Jungkook terpaksa mengecek CCTV rumahnya agar dia tahu kapan Seokjin meninggalkan rumahnya.

Ternyata, Seokjin pergi tak lama dia meninggalkan rumah. Seokjin sepertinya pergi setelah dirinya berangkat ke kantor.

Jungkook panik. Dia di bantu orang kantor untuk mengecek keberangkatan pesawat yang Seokjin gunakan. Namun hari ini, tidak ada data yang memberitahu kalau Seokjin kembali ke Korea.

"Pak Han, bantu aku, temukan adikku," Jungkook menelfon kenalannya untuk melacak keberadaan Seokjin.

Jungkook tidak pernah secemas ini dalam hidupnya. Saat dia mendengar ayahnya sakitpun, Jungkook masih bisa bersikap tenang dan menangani semuanya dengan kepala dingin. Tapi untuk Seokjin, dia tidak bisa. Rasa bersalah terus saja menghantuinya. Ketidakpekaannya, dan kebodohannya bisa saja membuat dirinya harus kehilangan sosok itu sekarang.

Harusnya dia sudah tahu, Seokjin terlihat stress sehari setelah kedatangannya ke Jepang. Padahal awalnya Seokjin sangat bersemangat, mereka menghabiskan malam ulang tahunnya dengan hal-hal manis yang dia buatnya untuk Jungkook. Jungkook bahkan berfikir itu adalah ulang tahun terbaik sepanjang hidupnya.

Jika sesuatu terjadi pada Seokjin, itu semua salahnya.

Jika karena ini Seokjin celaka, itu karenanya.

Anak pembawa sial yang di kutuk sejak bayi.

Jungkook takut.



.

.

.



Seokjin tahu kebodohannya membuat malapetaka untuk dirinya sendiri. Dia kehabisan tiket pulang ke Seoul, dan bersikap implusif dengan meninggalkan apartemen Jungkook tanpa ijin. Seokjin pergi ke Disney land sendirian lalu lupa waktu. Dia belum memesan tiketnya, dia mematikan ponsel dan mengila sendirian.

Dan sekarang dia masih di taman bermain itu, duduk dengan koper di sisinya. Meratapi nasibnya.

Atau sebenarnya Seokjin suka sendirian. Menatapi orang-orang yang berlalu lalang. Seokjin suka hanya menjadi penonton, dan merasa kebahagiaan mereka sampai ke hatinya. Seokjin iri dengan mereka yang sudah menemukan cinta sejatinya dan menghabiskan waktu bersama, tanpa memikirkan apapun.

Seokjin sudah mencobanya, sudah berpetualangan menemukan sosok itu, namun dia masih gagal dan terus merasakan kegagalan. Mulutnya selalu mengatakan tidak apa-apa, setiap harus melepaskan mereka, namun hatinya tidak.

Dia sangat bergantung pada Yoongi, dia yang memperkenalkan satu hubungan nyaman yang tidak pernah neko-neko. Seokjin selalu aman bersama Namjoon, selain urusan rumah, Namjoon selalu bisa diandalkan. Sementara dengan Taehyung dia merasakan getaran cinta yang tidak biasa. Selalu mengebu-ngebu dan tidak menjenuhkan.

PURE LOVEWhere stories live. Discover now