Perkara Jodoh (6)

243 37 35
                                    

"Taehyung balik ke desanya, dia berenti kuliah dan mungkin ambil cuti cukup lama," Jimin nampak sangat kehilangan sahabatnya itu.

Mereka bertemu tidak sengaja setelah bertahun-tahun lamanya dan berkat Seokjin, Jimin meyakinkan Taehyung untuk bisa menemaninya tinggal di apartemennya. Jimin tahu, Taehyung punya kesulitan ekonomi dan sedang berjuang untuk keluarga dan pendidikannya. Taehyung beruntung memiliki wajah yang luar biasa tampan, karena itu dia bisa mendapatkan uang dari konten-kontennya yang dia upload di sosial media.

Iklan berdatangan untuk menyokong hidupnya selain dia bekerja part time di waktu-waktu senggangnya. Seokjin tidak pernah mempersalahkan itu setelah mereka berhubungan dan terus mendukungnya, Seokjin hanya melihat Taehyung sesuai versinya, tapi keluarg Seokjin cukup observatif. Bahkan sejak Seokjin kecil, keluarganya sangat pemilih dengan siapa Seokjin dekat. Itu membuatnya frustasi, tapi dia tahu kalau itu cara keluarganya mencintainya.

Seokjin mencintai Taehyung, tapi dia lebih mencintai keluarganya. Setengah mati mereka melindungi Seokjin dari kecil. Pejalanan mereka mendapatkannya di dunia juga bukan hal mudah. Seokjin tahu siapa yang harus di pilihnya.

"Aku cuma bisa doain dia dari jauh Ji," kata Seokjin, meski masih sedih Seokjin sudah bisa berlapang dada dengan apa yang mereka berdua alami.

"Gue berharap kalian bisa bertahan lebih dari ini," ucap Jimin merana,

"Engga bisa Ji, itu ngga semudah itu. Kita juga belum cukup kuat untuk menyakinkan siapapun, meski aku tahu aku sayang banget sama Taehyung," ujar Seokjin dengan yakin.

"Lu kan emang selalu begitu, lu sayang tapi ngga mau orang yang lu sayang menderita," Jimin menatap Seokjin dengan kagum namun juga menyesal karena sahabatnya ini belum juga menemukan sosok yang bisa bertahan lebih lama dan menjadi cinta sejatinya.

"Gue belajar, ada banyak hal yang ngga bisa di paksain kan? Di waktu yang terbaik pasti akan datang yang bener-bener buat gue," kata Seokjin dengan senyuman manisnya.

Jimin melirik seseorang di meja yang lain di samping meja mereka.

"Gue ngga berani nanya kemaren-kemaren karena fokus sama Tae, gue perhatiin kakak itu selalu ada buat lu di manapun ya?" Jimin akhirnya menyeletuk mengenai itu,

"Ah, kak Jungkook, gue juga ngga tahu harus jelasinnya mulai darimana," Seokjin menurunkan suaranya dan hampir berbisik,

Sejak Jungkook menyaksikan kesedihan Seokjin karena diputuskan Taehyung, Jungkook tidak pernah absen seharipun untuk datang dan menghiburnya. Memastikan Seokjin makan dengan baik dan juga menghiburnya. Saat Jimin memberitahu keadaan Taehyung, Jungkook jugalah yang mengantarkannya ke apartemen Jimin.

Dan hari ini, Jungkook juga menyempatkan mengantar Seokjin menemui Jimin di café biasa mereka nongkrong.

"Gue curiga om-om itu ada maksud tersembunyi sama lu Jin," Jimin memicingkan matanya ke arah Jungkook yang terlihat tenang memainkan ponselnya.

"Hush! Dia masih muda tahu, cuma beda enam tahun dari kita," Seokjin memperingatkan.

Mulut Jimin memang kadang-kadang kelewat batas

"Tetep aja kaya om-om di mata gue," katanya mengejek.

Jimin masih tim Taehyung ya.

"Ish, bisa-bisanya lu ngatain kak Jungkoo gitu," Seokjin memicingkan matanya sebal.

"Hati-hati loh ya, jangan kejebak masalah yang sama," sindir Jimin kemudian,

"Engga dong, lagian dia nganggep gue adeknya, kak Jungkoo ngga mungkin suka bocil macam gue,"

.

.

.

Seokjin tidak bisa menahan diri untuk tidak menindih tubuh Hoseok. Selalu saja setiap harinya tingkah Hoseok ada yang membuatnya kesal. Tapi hal itu tidak berlangsung lama, karena Hoseok akan lulus kuliah sebentar lagi. Setelahnya dia akan pindah ke luar kota. Jauh dari Seokjin.

PURE LOVEWo Geschichten leben. Entdecke jetzt