"Dia minta kamu buat jalanin ini semua?" Lagi-lagi Larenza mengangguk di dalam pelukan Garlenda.
"Kalo gitu, kamu turutin apa yang dia mau."
"Kenapa harus!"
"Karena Larenza Zalora, adalah nama kakak kembarnya Grisellda."
Jauh berbeda bukan nama anak kembar itu? Jika berpikir Larenza adalah kakak kembaran Griselda, itu bukan. Jadi nama mereka hanya sama saja.
"Namanya seperti bukan nama kembar, kan? Grisellda, itu nama yang kakak kasih sendiri. Tapi Larenza, nama yang di kasih sama mamah-papah."
"Zalora, apa itu juga sama?"
"Nama Gris itu Grisellda Zalora Sabian. Sabian itu nama kakek dari Papah. Larenza juga punya nama itu." Garlenda mengatakan itu dengan tersenyum seolah tak masalah dengan kehadiran Larenza yang memakai tubuh adiknya itu.
"Kamu boleh pakai tubuh Gris, tapi kamu harus inget kalo Gris punya keluarga. Kamu harus terima kita, mamah, papah, dan orang-orang sekitar Gris yang ada."
"Bukannya, harusnya aku yang bilang gitu... Kalian bisa terima aku yang bukan keluarga kalian? Keluarga aku aja dulu ngga pernah nerima aku."
"Mereka bodoh. Ga seharusnya seorang keluarga nelantarin kamu. Kamu bisa cerita apapun sama kakak. Anggap aku kakak kamu." Mendengar itu, Larenza menatap Garlenda serius. Ia benar-benar beruntung, maksudnya Grisellda yang beruntung. Tapi dirinya juga beruntung karena bisa merasakan ini semua sekarang.
"Makasih."
"Nama kamu bukan lagi Larenza, tapi Grisellda. Kamu istirahat, nanti kakak panggil kamu buat makan malam." Larenza hanya mengangguk hingga akhirnya Garlenda pergi.
Namanya bukan lagi Larenza, tapi Grisellda. Cukup dengan kalimat itu untuk menerimanya. Ia sudah senang, dan ia mulai berterima kasih pada Grisellda yang merelakan semuanya untuk Larenza.
Sedangkan Garlenda, menemui sang ayah yang berada di kamarnya bersama sang istri. Ia menceritakan semuanya tentang apa yang adiknya bicarakan. Tentu mereka tak mau percaya, tapi itu kenyataannya. Sang ibu menangis karena mengetahui anaknya ternyata sekarang berubah, atau mungkin ibunya itu berpikir jika Grisellda hanya mengalami mimpi. Garell- ayah dari Garlenda dan Grisellda hanya bisa diam tak percaya dengan semua yang terjadi.
Garlenda yang mendapat respon itu hanya duduk diam dan kebingungan. Kenapa Grisellda bisa mengatakan hal seperti ini. Ini bukan lah hal yang masuk akal.
Nyatanya, Garlenda pun tidak mempercayai ucapan dan kenyataan yang menghampiri adiknya itu.
Di meja makan, semua anggota keluarga berkumpul termasuk Grisellda. Tidak ada lagi Larenza. Gadis itu sudah bertekad untuk melanjutkan hidupnya sekarang. Jadi ia mengubah namanya menjadi Grisellda. Gadis cantik yang tubuhnya ia tempati sekarang.
"Kamu Larenza?"
Mendengar itu, Grisellda menatap Garlenda yang sedang menyuapkan makanannya. Mendapat anggukan dari Garlenda, berarti ayah dan ibunya Grisellda sudah tahu tentang masalahnya.
"Iya."
"Kamu mau lanjutin hidup kamu dan tinggal divsini?"
"Kalo boleh, aku mau."
"Tentu boleh, sayang. Mamah minta, tolong kamu anggap kita keluarga kamu, ya! Jangan sungkan atau merasa ngga enak. Kita keluarga kamu." Ternyata Garlenda menceritakan semuanya, bahkan tentang keluarganya. Tapi itu hanya ucapan yang mereka katakan untuk membuat Grisellda percaya pada mereka untuk saat ini.
Sebelumnya Grisellda sempat menceritakan bagaimana ia di kehidupan sebelumnya. Ternyata itu membuat mereka semua berlaku beda sekarang. Tapi melihat Garell yang hanya diam dan menatapnya sejak tadi membuat Grisellda kebingungan dengan tatapan itu.
Semuanya masih berjalan baik, sampai akhirnya mereka duduk berkumpul di ruang keluarga untuk mengobrol. Gris duduk di antara sang ibu dan Garlenda. Sedangkan Garell, ia duduk di sofa single yang ada di sana.
"Gimana kehidupan kamu sebelumnya?"
"Gris bilang kita berbanding terbalik. Gris punya keluarga yang baik, jagain dia, sayang sama dia. Tapi Larenza cuman punya keluarga yang buruk. Kekerasan sama penyiksaan itu ngga aneh buat aku. Tiap hari di jadiin bahan pelampiasan amarah sama emosi mereka. Mungkin karna terbiasa, aku ngga ngerasa sedih atau sakit lagi sama itu semua." Tiba-tiba suasana menjadi sedih, ditambah Hellen yaitu sang ibu memeluk anak gadisnya yang bercerita tanpa emosi.
Mungkin sejak saat ini, Larenza atau Grisellda sudah benar-benar berubah. Sudah tidak ada lagi kata lemah di dalam dirinya. Sudah tidak ada lagi kata diam dan pasrah. Dirinya sudah bertekad untuk hidup dengan damai, sesuai keinginan Grisellda sebelumnya.
"Penyiksaan?"
"Iya. Kalian pasti pernah kan, denger anak yang di hukum sama ayahnya terus di cambuk pake gesper? Ini lebih dari itu." Gris tidak lagi menutupi emosinya, ia malah tersenyum mengingat itu semua.
"Di banting, di pukul, di cambuk, itu semua udah aku rasain. Sekarang rasanya itu semua cuman hal kecil buat aku karena udah terbiasa. Beberapa minggu, sebelum aku bangun. Kepala aku di tembak di sini." Gris menunjukan dahinya dengan jari lentiknya.
"Pertama kalinya aku berterima kasih sama orang itu karna dengan itu, dia bisa ngilangin penderitaan aku. Pernah kepikiran buat bunuh diri, tapi aku tau itu bukan jalan akhirnya. Pernah nyoba kabur, tapi malah diperkosa. Minta tolong, mau sama siapa? Ga ada yang peduli. Akhirnya semuanya selesai sekarang."
"Hiks... Kamu... Ngalamin itu semua..." Hellen sejak tadi sudah menangis mendengar cerita gadis itu. Ia memeluk anaknya dengan erat seolah tak mau lagi kehilangan anaknya.
Dan cerita itu cukup membuat hati seorang ibu itu teriris. Bagaimana tidak, mendengar anaknya berkata demikian seolah itu adalah hal nyata yang terjadi.
Dan itu memang benar.
.
.
.
.
.
---------------------------------------------------------------------------
Tbc . . .
YOU ARE READING
Become an Extra or Main Character [END]
FantasySebuah pertanyaan. Bagaimana caranya untuk bahagia? . . . Seorang perempuan yang hidup tanpa kebahagaiaan, kini mendapatkannya dengan mudah. Caranya? Tidak ada. Kebahagiaannya itu lenyap seolah ditelan bumi sejak ia lahir dan membuka matanya. Keh...
CHAPTER 2 • • • 00:01
Start from the beginning
![Become an Extra or Main Character [END]](https://img.wattpad.com/cover/363391819-64-k134279.jpg)