CHAPTER 2 • • • 00:01

2.1K 92 1
                                        

HAPPY READING ♡
··· ✧・⁠۝・✧ ···

HAPPY READING ♡··· ✧・⁠۝・✧ ···

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.

.

Bagaimana kabar Larenza yang sekarang sudah tepat seminggu hidup sebagai Grisellda? Apakah ia masih merasakan perasaan yang mengganggunya itu? Atau sekarang ia sudah bahagia serta tenang dengan hidupnya?

Di dalam sebuah mobil, Larenza hanya diam di samping sang kakak yang duduk tenang dengan sebuah ponsel ditempelkan di telinganya. Sejak tadi atau mungkin sejak ia sadar, Larenza hanya diam tak banyak berbicara.

Perubahan sikap Larenza yang berada di tubuh Grisellda cukup untuk menarik perhatian keluarganya Grisellda. Grisellda yang memiliki sikap ceria namun sedikit sombong serta cerewet, sekarang malah menjadi pendiam tak banyak bicara, karena itu bukan Grisellda lagi.

Di dalam kamarnya, Larenza di baringkan untuk beristirahat oleh lelaki bertubuh jangkung. Tak ada percakapan di antara mereka. Yang biasanya mereka berdebat, sekarang malah saling diam dan membungkam mulutnya.

"Kak..."

"Kenapa? Kamu butuh sesuatu?"

"Aku mau ngomong."

Lelaki bernama Garlenda itu kembali menghampiri Larenza saat hendak pergi. Ia duduk di pinggiran ranjang, tepatnya di sebelah Larenza. Ia menatap adiknya lekat seolah menelisiknya melewati mata Larenza.

"Kamu kenapa?"

"Aku mau ngomong. Aku tau, ini ga masuk akal. Tapi tolong dengerin." Lelaki itu mengangguk tanda menyetujui permintaan sang adik.

"Aku bukan Grisellda. Aku Larenza."

"Kenapa kamu berpikir begitu?" Tanyanya dengan lembut.

"Karna aku punya kehidupan aku sendiri. Kalo pun aku bener-bener Grisellda, seenggaknya aku ngga bersikap kaya gini, kan? Aku pasti ngga nanya siapa kalian waktu di rumah sakit."

"Siapa nama lengkap kamu, hmm?" Tanyanya masih dengan lembut, bahkan sekarang Garlenda mengusap surai rambut Larenza.

"Larenza Zalora."

"Kalo gitu, kamu tau dimana Griselda sekarang?" Larenza menggelengkan kepalanya, lalu menundukkan kepalanya.

"Dia udah pergi. Aku ngga ngerti sama apa yang dia ucapin waktu itu. Dia bilang ini untuk balas budi, tapi kenapa dia balas budi sama aku? Kita ngga kenal."

"Dia pergi?" Larenza mengangguk dengan kepala yang masih menunduk.

"Dia bilang sesuatu sebelum dia pergi?"

"Dia cuman minta maaf dan bilang terima kasih. Dia minta aku buat jalanin ini semua. Hiks..." Mendengar sebuah isakan, Garlenda menarik tubuh sang adik dan memeluknya.

Become an Extra or Main Character [END]Where stories live. Discover now