Sebuah pertanyaan.
Bagaimana caranya untuk bahagia?
.
.
.
Seorang perempuan yang hidup tanpa kebahagaiaan, kini mendapatkannya dengan mudah. Caranya? Tidak ada.
Kebahagiaannya itu lenyap seolah ditelan bumi sejak ia lahir dan membuka matanya. Keh...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
.
.
.
Kainav melihat semua yang Gris lakukan tanpa mendengar apa yang mereka katakan hanya bisa mengepalkan tangannya marah. Ia tidak bisa menemui Gris karena Gris sendiri tidak mau diganggu olehnya. Tapi ia juga kesal karena lelaki itu duduk di samping Gris dengan tenang tanpa Gris usir.
"Lo ga mau pulang? Ini udah mau sore."
"Bisa lo pergi dan ngga ganggu gue?!" Katanya kesal karena lelaki itu terus mengoceh sejak tadi.
"Rasanya gue ga bisa ninggalin lo sendiri di sini. Gue lebih suka lo yang gangguin gue dari pada lo yang diem kaya gini." Ucap lelaki itu sampai membuat Gris menatapnya bingung.
"Harusnya lo seneng gue kaya gini. Lo selalu marah waktu gue ada, tapi sekarang malah kaya gini..." Lagi-lagi Gris menundukan kepalanya.
"Maaf." Katanya tiba-tiba.
"Hah?"
"Lo ga denger?!"
"Kenapa seorang Nathan minta maaf sama gue? Bukannya lo cuman bisa minta maaf sama cewe lo itu?" Kata Gris sedikit menyindir lelaki itu. Ya, dia Nathan. Lelaki yang tiba-tiba bersikap seperti sekarang. Bukan tak mau, tapi bukan juga mau. Gris hanya heran, kenapa dan ada apa dengan lelaki itu.
"Lo lagi ada masalah?" Entah kenapa, Nathan tiba-tiba merasa sedikit khawatir dengan keadaan Gris sekarang.
"Ada atau ngganya itu, apa urusannya sama lo?" Balas Gris dengan nada yang tidak ramah.
"Lo udah jauh berubah." Ucap Nathan tiba-tiba.
"Buang-buang waktu juga, kalo hidup gue cuma buat ngejar lo."
"Jadi lo beneran udah ngga mau ngejar gue lagi?"
"Lo mau?"
"Gue ga akan nolak. Gue tau pesona gue sendiri."
"Narsis!"
Gris merasakan pasti bagaimana sikap Nathan sekarang yang sepertinya lebih santai dibanding biasanya yang dingin dan menjengkelkan.
"Lo beneran ga mau pulang?"
"Ngga. Jadi mending lo pergi. Lo ganggu gue!"
Gris benar-benar tidak mau diganggu oleh siapapun sekarang. Tapi melihat bagaimana Nathan berada di sampingnya, itu bukan membuat Gris merasa lebih baik. Gris malah merasa semakin kesal karena waktu sendirinya terganggu.