Chapter 5

561 90 12
                                    

Malam hari sesuai permintaan Sakura, di belakang vila mereka sudah tersedia pembakaran jagung beserta tenda camping dengan pemandangan alam yang menyejukkan. Sakura tersenyum lebar ke arah Sasuke karena sahabatnya berhasil mengabulkan permintaannya, dengan begini sepertinya Sakura akan melupakan masalahnya.

"Ayo." Ajak Sasuke yang mendahului Sakura. Sasuke duduk di pintu tenda sembari menggapai selimut yang berada di dalam tenda. Kemudian memberikan selimut itu pada kaki Sakura setelah mereka duduk bersama.

"Mengapa kau bisa kepikiran membuatkan tempat camping untuk ku?" tanya Sakura penasaran.

Sasuke mulai membakar jagung sembari bersiap menjawab pertanyaan Sakura. "Aku ingat kau sudah lama ingin camping, berhubung sekarang ada kesempatan, mengapa tidak?"

Sakura mengulum senyum tertahan dengan kemudian memalingkan wajahnya dari pandangan Sasuke. "Terima kasih banyak. Lagi-lagi hanya kau." Ucap pelan Sakura.

"Kau berharap Sasori yang melakukannya?"

"Tidak. Aku tidak berharap apapun dari Sasori, Sasuke. Aku hanya merasa tidak pantas diperlakukan begini oleh mu, meskipun kamu hanya menganggap ku sahabat mu. Tapi ada yang lebih berhak mendapatkan perhatian mu."

"Mau membahas dia lagi? Cukup, jangan buat aku muak, Sakura."

Sakura memilih diam, ia mengangkat kepalanya untuk memperhatikan indahnya langit di malam hari sekarang. Sejujurnya, Sakura pernah berharap Sasuke menyukainya, atau bahkan mencintainya. Karena Sakura sudah memiliki perasaan pada Sasuke sejak lama. Sakura pernah berniat mengungkapkan perasaannya, namun saat itu Sasuke tiba-tiba mengumumkan hubungan pacaran dengan teman sekelasnya. Hingga tiga tahun Sasuke berpacaran dengan gadis itu yang bernama Shion kandas. Tidak lama terdengar kabar pertunangan Sasuke dengan Karin. Sakura merasa tidak ada kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya. Juga Sasuke selalu mengingatkan persahabatan mereka, seolah Sasuke menegaskan perasaannya tidak lebih dari seorang sahabat.

"Sasuke, jika bisa kembali ke masa lalu. Adakah hal yang ingin kau ubah?" tanya Sakura dengan pandangan menerawang ke langit.

Sasuke memperhatikan Sakura dalam beberapa saat sebelum menjawab, "Tidak ada."

"Begitu rupanya ..., hmm ..., kau hebat, tidak punya penyesalan apapun pada hidup mu."

"Kau ingin mengubah apa?"

"Aku ..., jika bisa, setelah lulus sekolah, aku ingin memilih kampus yang sangat jauh dari sini. Aku tidak ingin bertemu atau menikah dengan Sasori." 'Dan, aku tidak ingin semakin lama mengenal mu, Sasuke.' Imbuh Sakura dalam batinnya. Ia tidak cukup berani memberitahu isi hatinya tentang Sasuke.

"Kau ingin meninggalkan ku?"

Sakura memilih diam, merapatkan mulutnya agar tidak membocorkan isi hatinya.

Sasuke merasa aneh, ia menarik lembut pipi Sakura agar menghadap ke arahnya dan menatap matanya. Sorot mata Sakura terlalu dalam untuknya, seolah ada sesuatu yang ingin dikatakan, tapi nyalinya tidak seberani itu.

"Apa aku melukai mu?"

Sakura merasa tidak bisa terlalu lama bertatapan dengan Sasuke, ia membuang mukanya, mengontrol perasaannya yang menyeruak sedih. Banyak yang Sakura pikirkan, namun hanya dia yang tahu serumit apa isi kepalanya.

Ibu jari di pipi Sakura mengusap dengan lembut, Sasuke sadar dia lebih banyak tidak peka terhadap sekitar, bisa saja hal itu melukai Sakura.

"Bagian mana dari ku yang melukai mu, Sakura?"

Sakura tersenyum simpul. "Aku hanya berandai-andai. Aku pikir sebaiknya aku tidak bertemu Sasori atau kau. Aku merasa sakit di antara kalian. Ini bukan salah mu, melainkan salah ku."

Tough Situation Where stories live. Discover now