(27) Menanti Badai

9.2K 1.7K 570
                                    

Jangan lupa vote komen 💞
Happy reading~

***

Nadhira terdiam, dia menatap sosok laki-laki yang sudah lama tidak dia lihat. Sosok laki-laki yang pernah mengikatnya dalam sebuah pertunangan. Sosok laki-laki yang selalu bilang, kalau dia akan selalu pulang. Sosok laki-laki yang meninggalkannya dalam waktu yang sangat lama, sosok laki-laki yang selama ini dia tunggu kepulangannya.

Apa ini mimpi? Apa ini sebuah halusinasi, karena terlalu merindukannya? Batinnya yang tidak menentu.

Nadhira menutup matanya. Dia masih tidak percaya dengan apa yang tadi dia lihat. Namun, saat dia membuka matanya laki-laki yang tidak pernah pergi dari hatinya itu justru berjalan mendekat.

Tuhan, apa doaku selama ini sedang Engkau jabah? Batinnya. Tidak terasa kini pipinya sudah basah karena air mata. Nadhira menggigit bibir bawahnya, entah kenapa lidahnya begitu kelu saat melihat pujaan hati yang selama ini dinantinya berjalan ke arahnya.

"Berhenti!" seru Nathan, yang menghentikan langkah Kafi dengan menodongkan pistol mereka. Mereka tidak tahu, siapa yang mereka hadapi. Padahal yang kini mereka hadapi adalah pemimpin pasukan yang sangat mereka kagumi.

Kafi pun hanya diam, dia tidak melawan. Dia hanya bisa diam dan menatap ciptaan Tuhan yang paling indah baginya. Bibirnya tersenyum tipis, tapi tidak seorang tahu kalau dia tengah tersenyum. Sebenarnya dia ingin berlari menjauh tadi, tapi untuk apa? Dia bukan pecundang, dia bukan pengecut. Setidaknya jika dia masih punya kesempatan, dia akan menepati janji 7 tahun yang lalu.

 Setidaknya jika dia masih punya kesempatan, dia akan menepati janji 7 tahun yang lalu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Perasaan yang sudah lama tidak dia rasakan kini kembali timbul, yaitu senang. Kafi merasa sangat senang setelah sekian lama, hatinya seperti bertabur kupu-kupu saat ini. Gadisnya sudah ada di depan mata, gadis yang selama ini dia lihat hanya dengan lewat foto usang yang selalu dia bawa ke mana pun.

Nadhiraku, batinnya memanggil kekasih hatinya yang sudah lama dia rindukan.

Nadhira, aku rindu. Nduk, mas kangen. Sayang sekali, dia tidak bisa mengutarakannya dalam bentuk kata-katanya dengan suaranya.

"Black Rose! Blue Bird!" Suara Adam pun tidak membuat Kafi berhenti menatap Nadhira. Dia sedang mengagumi wajah cantik tunangannya. 

Nadhira berubah, dia berubah menjadi sangat cantik bagi Kafi. Cantik sekali, Nadhiraku. Milik siapa kamu saat ini, Nduk? Apa aku masih ada hak untuk memiliki kamu? Batinnya yang tidak ada henti-hentinya mengagumi dokter perempuan yang namanya selalu disebutkan dalam doa-doanya.

Nadhira dan Kafi kini tengah saling berpandangan, bahkan berisiknya Adam, Nathan, dan Radit diabaikan oleh keduanya. Padahal Nathan dan Radit sedang berteriak kesakitan, karena telinganya di tarik oleh Adam, kemudian mereka bertiga menjauh meninggalkan sepasang makhluk Tuhan yang sudah lama tidak berjumpa.

"Ma—Mas Kafi."

"Mas, apa itu kamu?" tanya Nadhira yang akhirnya bersuara dengan suara bergetar.

"Kamu kembali?" tanyanya lagi yang masih tidak percaya.

The Next Mission (Prajurit Mata Elang 2)Where stories live. Discover now