(25). Mereka Kembali (?)

11.1K 1.7K 827
                                    

Jangan lupa vote komen 💞
Happy reading~

***

Beberapa jam sebelum terjadi ledakan. 

Para prajurit menghentikan langkahnya saat mendengar desingan peluru. Mereka saling menatap lalu segera melangkah dengan cepat, terutama Adam.

Adam berjalan lebih dulu lalu di ikuti Fahmi. Anggi, Puspa, dan diakhiri oleh Galih. Sesekali mereka menatap markas Sole yang terbuat dari beberapa box kontainer. Mereka melihat beberapa orang berpakaian hitam-hitam bersenjata masuk ke salah satu box, bisa dipastikan kalau dari tempat itulah suara desingan peluru itu.

"Kenapa desingan peluru itu terus berlanjut?" Fahmi bergumam tapi didengar oleh Adam.

Adam juga memikirkan hal yang sama, kenapa desingan peluru itu berlanjut? Sedangkan di dalam hanya ada Vano. Bukan meremehkan, tapi apa mungkin Vano tidak kehabisan peluru?

Apa pun itu, dia berharap Vano dalam keadaan baik-baik saja.

"Apa sebaiknya kita berpencar?" Anggi bersuara. "Banyak anak buah Alfian yang sedang menuju lokasi sumber suara adu peluru itu. Pasti mereka melalaikan para warga bukan?"

"Lalu apa rencanamu?" tanya Fahmi tanpa menghentikan langkahnya atau pun menoleh.

"Kita amankan warga terlebih dahulu. Bukankah niat kalian ingin menyelamatkan para warga?" Kali ini ucapan Anggi membuat Adam menghentikan langkahnya.

Adam bahkan sampai lupa tujuan utamanya. Prajurit berbadan bongsor itu menoleh ke arah Anggi.

"Apa kamu bisa diandalkan?" tanya Adam. "Apa kamu bisa mengelabuhi Alfian?" lanjutnya.

Anggi mengangguk. "Percayakan semuanya padaku. Jika keadaanku membuatnya semakin dalam bahaya, aku akan mengorbankan diriku," jawab Anggi dengan wajah datarnya yang sulit di baca ekspresinya.

Tanpa berpikir panjang Adam mengangguk. "Yellow Fox, bawa Puspa bersama Anggi. Karena aku yakin Dolphin terluka di dalam," titahnya.

"Siap, Komandan." Galih dan Puspa bersamaan.

"Black Rabbit, kamu ikut denganku," titah sang penanggung jawab lalu diangguki Fahmi.

Tanpa berlama-lama lagi, mereka segera berpencar. Mereka tidak banyak memiliki banyak waktu. Adam dan Fahmi menuju tempat sandera para warga, sedangkan yang lain menuju tempat suara adu peluru itu berada.

***

Galih berjalan memimpin, di belakangnya ada Puspa dan juga Anggi. Mereka berjalan mengendap-endap sembari bersiaga. Matanya melirik ke sana kemari, telinganya terus mendengarkan suara desingan peluru, agar mereka cepat sampai di tempat tujuan. 

Di tangan mereka bertiga terdapat pistol dan jari telunjuk mereka sudah bersiap menarik pelatuknya jika ada musuh. 

"Kalian—" Seorang dari arah lain, memergoki mereka bertiga. Namun, dengan cepat Galih menarik tangannya lalu menghajarnya hingga pingsan. Setelah dipastikan aman, mereka kembali berjalan. Desingan peluru itu semakin jelas, pertanda kalau mereka semakin dekat.

Meski terus bersiaga, Galih berkaki-kali menoleh Puspa. Dari matanya saja dia tahu kalau Puspa terlihat takut. Langkahnya terhenti saat sudah berada di dekat pintu, entah pintu atau lubang, karena itu hanya bagian box yang dipotong persegi panjang menyerupai pintu.

Prajurit berbadan kecil itu menoleh lalu menatap Puspa dan Anggi bergantian.

"Anggi, tetaplah di sini sampai aku menyuruh kalian berdua masuk."

The Next Mission (Prajurit Mata Elang 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang