(11). Rencana Tak Terduga

6.6K 913 116
                                    

Jangan lupa vote komen, sebagai dukungan ❤️
Happy reading~

***

Setelah di interogasi, kini Anggi tengah berjalan bersama Puspa yang dan dikawal dua prajurit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah di interogasi, kini Anggi tengah berjalan bersama Puspa yang dan dikawal dua prajurit. Mereka berjalan beriringan tanpa mengucapkan sepatah kata pun, karena sebelumnya mereka bersepakat untuk tidak banyak bicara. Mereka hanya khawatir kalau ada penyadap suara di sekitar mereka.

Puspa menghentikan langkah Anggi. Saat Anggi ingin berbicara, Puspa melarangnya dengan meletakan telunjuk di bibirnya, kemudian dokter militer itu menyuruh salah satu prajurit untuk menerangi ke duanya.

Dokter militer itu kemudian mengobati luka di dahi Anggi yang belum sempat di obati. Puspa hanya membersihkannya dengan air mineral lalu segera memberi salep kemudian mentutupnya dengan plester luka.

Setelah selesai, mereka kembali berjalan.

Saat hampir sampai, mereka dikejutkan keramaian yang terjadi di depan gedung hotel tempat tinggal para warga, padahal jam sudah menunjukkan pukul 02.47.

Anggi segera berlari lalu di susul puspa dan dua prajurit di belakangnya.

"Apa yang terjadi?!" tanya Anggi lalu semua orang menatapnya. "Bu Linah, apa yang terjadi?" tanyanya lagi pada seorang wanita yang duduk di lantai.

Ibu Linah menoleh. "Anggi, anak ibu. Anak ibu diculik," ucapnya sembari menangis.

Anggi segera merengkuh tubuh berisi Ibu Linah lalu menepuk bahunya. "Bagaimana Ibu tahu kalau Dara diculik?" tanyanya.

Bu Linah, salah satu warga yang tadi Anggi bicarakan bersama prajurit. Bu Linah kemudian bercerita, kalau putri sulungnya yang berkuliah di pulau Jawa mengirim surat, mengatakan akan pulang. Namun, di tunggu sampai dua hari putrinya tidak kunjung datang.

Bu Linah adalah salah satu warga yang sering pergi ke kota untuk membeli beberapa bahan makanan dan kembali menjualnya kepada warga.

"Mereka pasti penculiknya." Suara yang sangat mudah dikenali, yaitu Vadri. Laki-laki bertubuh kecil itu kembali menuduh para prajurit yang membuat semua orang menatap Vano, Galih, dan Puspa dengan tatapan sinis.

Terdengar helaan nafas dari Vano. "Gue makin tua, makin emosian. Kayanya gue kena darah tinggi, Bang," tuturnya.

"Nggak usah gegabah. Kita liat aja dulu," sahut Galih kemudian meraih tangan Puspa yang ada di dekat Anggi lalu menariknya.

"Saudara Vadri, kenapa Anda selalu saja menyalahkan kami?" tanya Galih.

"It-"

"Biasanya pelaku akan berbicara lebih dulu untuk menutupi kesalahannya." Galih memotong ucapan Vadri dengan cepat.

"Jag-"

"Pelaku, bisanya akan selalu mencari kambing hitam, agar semua kebusukannya tidak terbongkar." Galih kembali memotong ucapan Vadri dan itu sudah membuat Vadri terlihat marah.

The Next Mission (Prajurit Mata Elang 2)Where stories live. Discover now