(3) Kehidupan Masih Berlanjut (2)

9.2K 1.2K 160
                                    

Jangan lupa vote komen 💚
Happy reading~

***

Vano masuk ke rumah setelah pulang menghadiri pesta resepsi pernikahan sahabatnya. Dia berjalan sambil menatap ponselnya, bibirnya terus tersenyum entah apa yang sedang dia lihat.

"Dari mana Van?" tanya Lee, papanya Vano.

"Habis kondangan, Pa." jawab laki-laki bermata kecil itu tanpa menoleh.

"Lagi chattingan sama siapa? Sama Eliza? Papa kemarin ketemu sama papanya," ujar Lee kemudian kembali menatap laptopnya.

Vano menatap papanya kemudian mendekat dan duduk di sebelahnya. "Nggak usah di jodoh-jodohin, Pa. Dia udah punya pacar," ucapnya.

Lee menoleh putra bungsunya. "Kamu di campakkan?"

Vano melirik papanya. "Apaan sih, Pa? Nggak kali," ketusnya yang justru terdengar kalau jawaban dari Vano ini iya.

"Ya udah, jawabnya biasa aja," Lee kembali menatap laptopnya.

Vano menatap papanya yang tampak mengeritkan keningnya. "Kenapa, Pa?"

"Ini loh penjualan bulan ini menurun padahal bulan ini pengeluaran untuk marketing cukup banyak dari bulan lalu." Lee memperbaiki kacamatanya.

Vano menegakkan punggungnya. "Coba Vano liat."

Vano kemudian menatap laptop tampak memperhatikan diagram di layar laptop, seperti seorang ahli bisnis. Laki-laki yang berprofesi sebagai prajurit itu menjelaskan semua ke papanya dengan pelan-pelan. Diam-diam Lee memperhatikan putra bungsunya yang belum mau mewarisi bisnisnya. Lee mengangguk dan paham lalu tersenyum bangga pada putranya, sepertinya otak bisnisnya menurun pada si bungsu. Namun, Vano masih tetap pada pendiriannya yaitu menjadi seorang prajurit.

"Kamu masih mau jadi abdi negara?"

Vano tersenyum. "Masih, Pa. Vano masih ingin mengabdi pada negara."

Lee menepuk bahu putranya, dia kembali bangga pada penuturan Elvano. "Yang penting jangan sampai lupa pulang ke rumah."

Vano mengangkat tangannya lalu melakukan hormat kepada idolanya yaitu papanya yang selalu membanggakan dirinya apa pun keputusannya.

*** 

Seorang laki-laki duduk di depan meja kasir, dia tampak mengawasi para pembeli di toko bangunan sesekali bermain ponsel. Galih sedang mengisi waktu luangnya dengan menjaga toko bangunan milik Bapaknya. Dia mengambil cuti tiga hari, dan hari ini adalah hari terakhirnya.

"Bang Ekal, kita ke sini mau beli kuas sama cat, itu pun kita udah diperingatin sama Nana kalo catnya jangan warna yang aneh-aneh inget, kan?"

"Beres Ji, beres, jangan khawatir."

Dua pemuda bernama Haikal dan Aji masuk ke toko bangunan, mereka menoleh ke sana kemari mencari pelayan toko hingga akhirnya mendekati Galih yang duduk di meja kasir.

"Om, ada kuas nggak?" tanya Haikal.

Galih menghela nafasnya pelan lalu menoleh untuk melihat siapa yang memanggilnya om. "Di toko bangunan ya jelas ada. Mau kuas nomor berapa?"

"Emang kuas ada nomornya, om?" tanya Haikal.

"Ada, dari yang ukuran kecil sampai yang besar," jawab Galih.

"Boleh liat dulu nggak Om?"

Galih segera berdiri lalu berjalan menuju rak kuas, dia mengambil semua ukuran kuas yang ada di rak lalu menunjukkan kepada dua pemuda tadi.

The Next Mission (Prajurit Mata Elang 2)Where stories live. Discover now