(5) Penjemputan

8.4K 1.1K 144
                                    

Sekali lagi ini fiksi, ya, soalnya aku mau nyebut nama daerah di Indonesia di sini, kalian harus bijak kalau mau baca cerita Prajurit Mata Elang. Aku percaya pembaca PME pada pinter-pinter.

Jangan lupa vote komen 💚
Happy Reading~

***

Setelah menempuh perjalanan satu jam dengan menggunakan helikopter kini mereka berada di bandara Bandar Udara Hong Nadin Batam. Mereka berjalan melalui jalur VIP yang kebetulan saat itu sedang kosong atau memang sengaja di kosongkan. Mereka berjalan menuju ruangan mengikuti petugas bandara.

Meski petugas bilang kalau ruangan sudah di sterilisasi, tapi mereka tidak percaya begitu saja. Mereka segera bergerak untuk mencari penyadap yang ada di ruangan itu dan benar mereka menemukan tiga penyadap suara dan dua kamera tersembunyi.

Setelah mengumpulkan penyadap, Adam berdiri tegap di depan enam prajurit yang sudah membentuk barisan, matanya menajam menatap satu persatu prajurit di depannya.

"Saya bukan pemimpin kalian, tapi saya akan bertanggung jawab penuh atas misi ini," tuturnya penuh dengan ketegasan.

"Sesuai pesan Jenderal Jordan, kita tidak bisa menggunakan ponsel di sana. Sinyal ponsel kita bisa di tangkap dan di lacak, itu bisa membuat misi kita gagal di awal, paham?!"

"Siap, paham Komandan!"

"Kita akan melakukan misi penyamaran. Kita Akan melakukan penyamaran sebagai seorang relawan biasa dari suatu komunitas."

"Siap, Komandan."

Mata Adam kini sedang tertuju pada seorang prajurit wanita yang sempat diragukan Jenderal Jordan sebelum keberangkatan, "Sersan Puspa."

"Siap, Komandan!"

"Ini misi pertama Anda, tolong bekerja samalah."

"Siap, Komandan!"

Sersan II Puspa Dewi, seorang prajurit wanita berumur 26 tahun yang berprofesi sebagai dokter militer. Kemampuannya dalam dunia militer memang masih banyak kurangnya, tapi kemampuan di dunia medisnya mungkin bisa diandalkan.

"Seperti biasa, tidak akan ada perbedaan pangkat di sini, kita semua sama. Tidak ada senior atau pun junior, tapi tetaplah berperilaku sopan," ucap Adam sembari menatap Nathan dan Radit yang membuat Fahmi, Galih, dan Vano menahan tawa karena sering mendengarkan cerita tentang dua prajurit itu.

Seran I Nathan Pamungkas dan Sersan I Raditya Dirgantara, memang anggota pasukan khusus Tiger Forces mereka berada di bawah kepemimpinan Adam selama 4 tahun. Adam selalu menceritakan dua prajuritnya yang selalu saja ada ulahnya, tapi meski seperti itu mereka bisa diandalkan.

"Untuk menghindari terbongkarnya penyamaran, kalian bisa tinggalkan barang-barang yang menunjukkan identitas seorang prajurit."

"Siap, Komandan."

 Seorang petugas bandara berjalan mendekat kemudian memberikan beberapa kunci loker pada Adam dan segera pergi.

Adam melirik jam tangannya. "Lakukan dengan cepat, kita tidak punya banyak waku karena orang yang menjemput kita akan segera datang," katanya sambil membagikan kunci kepada para prajurit. "Jika masih ada waktu, kalian bisa menggunakan waktu untuk menelefon keluarga," jelasnya.

"Siap, Komandan!" seru mereka kemudian segera berlari menuju loker untuk berganti baju dan memisahkan barang-barang yang harus di bawa dan di tinggal. 

Setelah setengah jam mereka kembali berkumpul kecuali Puspa, Adam terlihat berkali-kali melirik jam tangan dan sekelilingnya.

"Ini yang aku khawatirkan kalau ada wanita di antara kita," celetuk Adam.

The Next Mission (Prajurit Mata Elang 2)Where stories live. Discover now