Jika Besok Aku Mati

68 2 1
                                    

Laman ini adalah sebuah wasiat, entah terakhir; atau menghitung mundur menuju akhir. Setidaknya, jika pada suatu hari aku menyerah untuk hidup; ada paragraf yang bisa kau baca. Ada tempat di mana kau masih bisa menemukan aku, yang tidak pernah kau cari selagi hidup.

Aku akan meminta maafmu untuk terakhir kali. Maaf membuatmu menderita karna kulepaskan pergi. Maaf, seakan tidak menyayangimu; dengan tega memutus semua komunikasi. Maaf, sebab membiarkanmu menderita sendiri.

Tidak ada lagi yang ingin aku perpanjang. Kau sudah tau, atau mungkin tak mau tau apa yang sudah terjadi. Namun, kenyataannya tidak akan pernah berubah.

Aku pernah mencintaimu,
dalam. Sungguh dalam sekali.
Hingga kehilangan diriku sendiri.
Dan kini pun,
masih.

Doakanlah aku tenang. Dalam dekapan tanah yang sempit itu, jangan banjiri makamku dengan air matamu. Kalau perlu, kau tidak usah datang. Sebab aku enggan bersedih lagi bahkan setelah aku mati. Namun, andai kata kabar duka itu —mungkin kabar gembira bagimu— sampai padamu; tidak perlu repot-repot. Cukup doakan saja aku agar tenang.

Mungkin, doamu sama seperti dekapan malam yang selalu kau beri. Akan sama nyamannya membelaiku meski di alam yang lain. Ketenangan yang tidak pernah aku dapatkan selagi hidup, mungkin dapat aku rasakan saat doamu dan ibuku bersanding memelukku di langit. Mungkin saja, dengan itu; kita bisa sama-sama diampuni.

Aku membawa pengaduanku pulang pada Tuhan. Entah dengan apa kita akan menebusnya, namun begitulah adanya. Dosa-dosa kita, kesalahanku dan kesalahanmu. Semua derita dan air mata yang telah kita tanggung masing-masing. Segalanya, aku membawanya pada Tuhan.

Namun, andaikan kehidupan lain itu nyata; aku ingin mempercayai bahwa disana, kita bahagia. Kita tidak menentang norma, kita tidak harus berdosa. Kita terikat hubungan yang tidak terpisahkan meskipun dengan maut. Aku ingin mempercayai, bahwa kehidupan yang berbeda itu akan membawa kekekalan pada kisah kita.

Baik-baiklah dengan hidupmu. Aku telah menggagalkan diri demi kau menanjak lebih tinggi. Menjelma anak tangga agar kau sampai ke puncak dengan bangga. Ingatlah selalu bahwa ada satu sampah yang telah bertaruh untukmu. Ada, orang itu bernama aku. Jangan jadikan semua upaya itu sia-sia. Setidaknya, berbanggalah. Hidupmu dipenuhi pengorbanan orang-orang yang menyayangimu.

Sampai jumpa lagi.
Di alam lain ini,
aku masih menunggu.

Tetap, dan akan selalu
begitu.

Narasi Patah Hati Where stories live. Discover now