Aku menyayangimu.
Entah akan menjadi hal yang orang-orang tertawakan, atau mungkin menjadi aib yang ingin kau sembunyikan jauh-jauh. Tapi, begitulah adanya.Barangkali hari ini aku masih saja menjadi sosok yang memalukan untuk dianggap ada. Memuakkan untuk diterima, rendah sekali untuk setara denganmu. Mungkin butuh waktu yang lama bagiku untuk mencapai standar yang cukup menurutmu. Dan aku akui, sulit mengakuinya.
Bukan, bukan masalah sebelah tangan yang sulit aku akui. Hanya saja, setelah cukup lama aku berusaha keras mencukupkan diri dengan apa yang kumiliki; mencintaimu membuatku merasa tidak memiliki apa-apa. Tiapkali mengingatmu, membuatku merasa kurang sepanjang waktu.
Sulit mengatakan bahwa aku masih tidak merasa percaya diri. Jelek, bodoh, ceroboh, banyak bicara, dan bahasa kasarnya —sinting. Ya, belakangan hari aku menyadari bahwa ternyata aku cukup sinting menggilaimu. Dan kini, kubiarkan kau bernapas lega karna tidak lagi dikejar-kejar perempuan gila sepertiku.
Maaf cukup lama melepasmu liar, maaf cukup lama menjadikanmu tempat bersandar. Maaf karna butuh waktu dua tahun untukku berhenti mengejar. Maaf, karna pada akhirnya semua janji sepakat untuk ingkar. Raihlah perempuan itu. Bukan hal baru bila kukatakan bahagiamu harus melebihi milikku. Tapi kuharap, tanpa aku; menjadi hal baru dalam hidupmu.
Semoga biru tidak memenangkan cerita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Narasi Patah Hati
PoetryBagiku, semua ini layak untuk dikenang. Entah seperti apa menurutmu. Jika kau bersedia untuk menjadikannya sebagai sejarah, maka kenanglah aku sebagai seseorang yang paling-paling mendambakan kebahagiaanmu. -Jum'at, 1 September 2017.