Penyesalan Bukan Milikku

60 3 0
                                    

Aku masih mengandalkan cinta yang keras kepala itu. Masih berkeras atas kesepakatan pada diriku bahwa mencintai seseorang tanpa batas akan membuatku dicintai tanpa syarat. Aku mati-matian mengiyakan permohonan hati yang merugikan diri. Mempertaruhkan waktu; satu-satunya hal yang tidak pernah menjamin keberhasilanku. Aku rela menjadi lembaran corat-coret yang pasti akan dibuang. Aku rela menjadi kalimat-kalimat salah agar seseorang mampu menata ulang. Aku rela menjadi sia-sia demi membuat yang kucintai bisa merasa berharga. Dan dengan keikhlasan sebegitunya, aku percaya akan menang di akhir cerita; meski kenyataannya aku selalu menjadi yang tidak pernah dihargai keberadaannya.

Setiap kali jatuh cinta, aku selalu membuat ia yang kucintai menjadi istimewa. Meredupkan indahku lalu mencurahkan segala cahaya padanya. Aku merendah untuk meninggikannya, rela kalah asal kemenangan dipihaknya. Bersedia tertinggal asalkan ia menjadi yang terdepan. Baris-baris yang akan kurelakan tidak menjadi milikku asalkan ia yang mengisinya. Cinta lain yang tidak akan kuterima demi mengabdikan setiaku padanya. Apapun itu asalkan di mata dunia ia nomor satu. Apapun itu meski mengesampingkan kepentinganku.

Itulah alasan mengapa aku mampu pergi tanpa pikir panjang dan enggan kembali untuk mengulang. Setiap orang yang aku cintai pasti tau, aku telah menyayanginya sehabis-habisnya aku. Mempertaruhkan sisa waktu. Padahal, hidup begitu berharga; namun ia yang aku dahulukan segalanya. Jika pada titik tertentu aku harus melepas apa yang telah mati-matian aku perjuangkan, tak apa. Akan kuperlihatkan bagaimana cara pemenang mengatur langkah. Akan aku buktikan bahwa sesal hanya menjadi milik yang kalah. Dengan semua yang telah aku beri selama ini, kubuat ia mengerti bahwa tidak akan ada yang mencintainya segila yang aku sanggupi.

Dan setelah semua itu, tidak ada yang akan aku sesali. Entah air mata yang menyiksa, atau waktu yang habis sia-sia. Bagiku, ketulusan adalah satu-satunya yang aku punya. Seandainya hal paling berharga milikku telah aku persembahkan untuknya, dan ternyata ia tidak merasa puas dengan itu semua; tidak ada lagi yang menjadi kesalahanku. Dari ujung rambut hingga ujung kaki telah aku relakan luka menyertai. Bila memang dilepaskan adalah hasil dari apa yang sudah mati-matian aku beri, maka temuilah seseorang yang bisa melengkapi apa yang tidak kau temukan dalam diri.

Kelak kau akan mengerti. Seseorang yang setia tidak akan datang dua kali. Entah di suatu ketika sudut gelap kamar menyiksamu dengan ingatan yang ia bawa, atau rintik hujan melautkan kenangan yang berusaha kau lupa. Pada titik tertentu penyesalan akan menghiasi matamu dan merusak waktu lelapmu. Disana, kau hanya akan menemukan bayang-bayang rasa bersalah. Amarah yang hanya tertuju pada dirimu semata. Kau takkan menemui aku lagi bahkan pada lembar-lembar lain di hidupmu. Kau hanya akan mengingatku sebagai pembelajaran terbaik agar tidak mengulangi kesalahan yang sama lain waktu. Aku memang menangis dan bersedih untuk waktu yang lama, namun kaulah yang akan tersiksa berdarah-darah sebab penyesalan suatu ketika. Seseorang yang telah membagi segalanya memang akan terpuruk sebab telah kehilangan dirinya, namun seseorang yang menyia-nyiakan hati yang tulus akan menyesali segala kesalahannya. Matilah bersama anak-anak sedih dan derita yang suatu ketika akan menyiksa.

Narasi Patah Hati Where stories live. Discover now