Bab 23: Move-on

6 1 0
                                    

“Cinta habis di orang lama hanya berlaku untuk orang yang dulunya tak mendapat banyak cinta, itu aku, sepertinya.”

___

MATA kecil itu melebar ketika melihat orang di depannya terjengkang ke belakang karena tubrukan banyak anak kecil yang terlampau senang ketika melihatnya. Mereka tertawa-tawa dan memeluk erat sang kakak terbaik yang sudah tak tinggal seatap bersama mereka.

"Pasti sakit."

Artala, yang masih terlihat berantakan karena baru bangun tidur itu, menggeleng pelan ketika melihat betapa kewalahan-nya Agtama atas pelukan rindu dari para adik-adik pantinya, tapi ia juga terlihat senang atas itu semua.

Kedatangan Artala ke sini semalam memang disambut baik, meski ia sedikit tidak enak rasanya, tapi Agtama mengatakan bahwa itu tak apa-apa. Ia mendapat sebuah kamar dan tidur dengan dua orang gadis kecil di sana, di atas ranjang bertingkat dengan kasur keras yang membuatnya sedikit tak merasa nyaman.

"Bang Tama.., itu siapa?"

Bisikan yang keras itu membuat Artala menoleh, menatap Agtama yang berjongkok dengan anak laki-laki di sampingnya, tersenyum manis ke arahnya.

"Itu ibu guru kalian, Miss Lala."

Tentu saja ekspresi bertanya-tanya langsung muncul di wajah Artala, apalagi saat anak-anak itu langsung buru-buru menghampirinya dan menyapanya dengan riang. Membuat rasa tidak suka terhadap anak kecil di dalam dirinya ini pudar seketika.

"Maksudnya apa sih Ma?" tanya Artala pelan, begitu Agtama berada di sampingnya.

"Um.. lo mau gak, selama nginep di sini.. lo ngajar anak-anak?"

Melihat Artala yang masih terlihat kebingungan, membuat Agtama tersenyum tipis. "Be their teacher."

Artala mengerjapkan mata, belum selesai memproses tiga kata itu, tangannya langsung ditarik Agtama. Dibawa melangkah menyusuri bangunan yang masih tampak asing di matanya.

"Nah.."

Lalu tibalah mereka di sebuah ruangan yang cukup luas, dengan meja-meja lipat berwarna warni, white board kecil di bagian depan dan rak buku ukuran kecil di bagian belakang ruangan.

"Mau nyenengin gue kak?" Kata-kata itu terlontar dari mulutnya tiba-tiba, tapi ia juga merasakan perasaan aneh di hatinya.., saat ia merasa Agtama akan mewujudkan mimpi yang ia kira tak akan pernah terwujud.

Artala menoleh ke arah Agtama, dengan pandangan yang sulit diartikan sehingga Agtama was-was apabila ia tak menyukainya. Ia takut Artala malah tidak suka atas permintaannya.

Tapi ternyata, tindakan Artala yang selanjutnya cukup berbanding terbalik. Gadis itu kini malah memeluknya erat, membuat tubuhnya otomatis membeku dan terasa kaku. Hanya jantung dan aliran darah yang berdesir menggelikan kini, perasaan aneh yang kembali ia rasakan.

"Makasih kak.., makasih."

Artala terdiam, kemudian mendongkak menatap Agtama yang mulai tersadar dan beralih menatapnya dalam. Hal itu membuat Artala menarik senyum tipis, dengan berbagai pemikiran yang tiba-tiba masuk ke otaknya.

Ia pikir, sudah tak ada orang yang bisa ia andalkan setelah Nava jelas mencampakkannya. Tapi ternyata ia salah, ada Agtama. Kini entah mengapa pikiran Artala bergulir, entah mengapa.. ia ingin mencoba mengandalkan Agtama.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 16 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Never LeaveWhere stories live. Discover now