Bab 7: Menjauh

12 7 0
                                    

Gamau: deket-› menjauh-› asing.
Maunya:  deket-› dekett-› dekettt banget.
Ngelunjak dikit gapapa.” —The Violinist

____

PAGI menyapa dengan sang mentari yang terbit di langit Timur. Jalanan masih terlihat becek dan basah karena hujan deras semalam, udara pun masih terasa dingin karena waktu masih menunjukan pukul tujuh pagi.

Disana, seorang Agtama berjalan di koridor kelas 12 sambil memutar-mutar kunci motor di tangannya. Wajahnya santai seperti biasa, ia sesekali menyapa ramah beberapa orang yang dikenalnya. Senyuman juga tak lupa menghiasi wajah tampannya.

Selain dikenal sebagai siswa yang berprestasi, Agtama juga dikenal sebagai orang yang ramah. Temannya banyak, dia tak sungkan menebar senyuman dan mengobrol dengan siapapun. Makannya, Agtama itu banyak disukai semua orang dan jarang ada orang yang tak menyukainya

Agtama itu, merupakan penyebar energi positif atas wajah ceria dan nada bicaranya yang nyaman di dengar. Siapapun pasti akan merasa nyaman karena aura kebahagiaan sangat melekat pada laki-laki itu.

Setelah memasuki kelas, Agtama meletakkan ransel di atas bangkunya, lalu dahinya mengerut saat melihat paper bag di atas mejanya. Ia membukanya, lalu mengeluarkan benda yang ada di dalamnya. Ini jaket miliknya, yang bersih dengan wangi parfum yang segar.

Agtama terdiam lalu kembali memasukkan jaket itu kedalam paper bag, setelahnya ia mendudukkan diri di kursinya.

"Ma, kantin kuy!"

Mendapat seruan dari salah satu teman sekelasnya membuat Agtama kembali beranjak, lalu melangkah mendekatinya dan melontarkan sapaan.

Ketiga siswa dari kelas 12 Mipa 1 itu melangkah menuju kantin SMA Artanegara, lalu duduk di salah satu bangku dan memesan beberapa makanan untuk sarapan.

Agtama terkekeh pelan saat salah satu temannya melontarkan gurauan, tetapi tanpa sadar matanya menangkap seorang gadis yang duduk sendirian di kursi paling pojok. Gadis yang memenuhi pikirannya belakangan ini.

"Kalian tau yang namanya Artala Trisya?" tanya Agtama tiba-tiba, membuat mereka berdua menatapnya.

"Dih? Lagi naksir cewek lo?" Bukannya menjawab, Zidane malah balik bertanya yang membuat Agtama tersenyum tipis lalu menggelengkan kepalanya.

"Cuma nanya."

Zatra mengikuti arah pandang Agtama, yang membuatnya melihat seorang gadis yang sedang memakan sarapannya seorang diri. Ia terdiam, terlihat mengingat-ingat sesuatu hingga akhirnya kembali menatap Agtama.

"Artala Trisya, dia mah jutek orangnya coy, dia tuh kalo gak salah sepupunya Ciara deh."

Nama Ciara Albina Kevine memang sudah tak asing lagi bagi para warga Artanegara, gadis itu terkenal akan prestasinya dan jabatan sebagai wakil ketua paskibra Artanegara.

Gadis cantik kesayangan guru. Sifat seorang Ciara memang ramah, tapi terkadang menyebalkan karena gadis itu tak mau terlihat salah.

Agtama terdiam, lalu membawa sepiring roti bakar miliknya, "gue kesana ya?"

Tanpa mendengarkan jawaban kedua temannya, Agtama melangkahkan kaki menuju meja pojok dimana Artala berada, lalu ia duduk di kursi di depan Artala begitu saja.

Never LeaveWhere stories live. Discover now