Bab 12: Hal Yang Terbaik

8 8 0
                                    

"Rumah itu bukan hanya tentang bangunan nyaman untuk berpulang, tapi juga tentang kehangatan orang-orang di dalamnya."

___

LANGIT hari ini gelap, terlihat suram dan mendung karena awan kelabu yang menghiasi. Rintik air pun tak ada hentinya terus terjatuh, semakin cepat dan banyak, hingga akhirnya membentuk sebuah hujan deras.

"Pagi-pagi gini udah hujan aja," kesal Artala lalu mendengus kesal sambil terus melangkah menuju dapur.

Artala kembali tak membuka suara, membiarkan suara hujan dan guntur mengisi keheningan di ruangan ini. Dia sendirian, orangtuanya tak pulang, hal yang membuatnya leluasa menangis semalaman.

Tapi meski begitu ..., Sebenarnya seorang Artala Trisya ini kesepian. Ia membutuhkan sandaran dan orang yang bersedia mendengarkan.

Tentang dirinya yang semalam berusaha melawan rasa sakit tanpa mau pergi ke rumah sakit, tentang dia dan sang kekasih yang kini tengah bertengkar dan sama-sama tak memiliki keinginan untuk mengalah.

Ya, setelah malam tadi, Nava sama sekali tak melakukan apapun untuknya. Bahkan hanya untuk sekedar mengirimkan pesan apakah ia sampai di rumah dengan selamat pun tidak dilakukannya.

Dan sebenarnya harapan seorang Artala ini cukup tinggi. Semalam, ia ingin Nava mengejarnya, menyusulnya, meminta maaf padanya, menyetujui lalu melakukan apa yang ia inginkan.

Artala ribet 'kan?

Mengharapkan sesuatu yang jelas ia tahu bahwa itu hanya akan menjadi harapan, gadis ini benar-benar terlalu percaya diri ternyata.

PRANGG!!

Tangan yang sebelumnya memegang piring yang kini sudah terjatuh itu, mengepal. Lalu kaki yang dibalut sepatu putih keluaran terbaru itu melangkah mundur, menjauhi pecahan kaca piring putih itu.

Artala mendengus, lalu memutar bola matanya malas. Gadis ini lapar, tapi ia tak bisa memasak. Tas yang ada di atas meja makan itu ia ambil, lalu kakinya melangkah menuju pintu dari unit apartemen mewah itu.

Menutup pintu dengan kasar lalu berjalan di lorong apartemen dengan angkuh dan raut wajah yang sangat ketara kesal.

Saat memasuki lift lalu menekan tombol menuju basement, Artala mengambil ponselnya, membuka sesuatu untuk mengikis rasa bosan akan perjalanan lift dari lantai 8 menuju lantai dasar.

Sebuah foto dua tangan yang saling menggenggam dari laman story sebuah akun di aplikasi membuat Artala terdiam, lalu tersenyum miris.

'Beautiful night date.'

Jelas sekali Ciara tak menyebutkan apapun lagi di story instagramnya itu, tetapi.., Artala tau bahwa tangan siapa yang menggenggam tangan lebih kecil itu.

"Miris banget ya..."

***

Selain terkenal berprestasi dan ramah di sekolah, seorang Agtama juga merupakan anggota pengurus organisasi intra sekolah atau lebih tepatnya OSIS. Hanya sebagai anggota biasa, sebenarnya tahun lalu sempat terbesit ingin mencalonkan diri sebagai ketua.., tetapi tak jadi ia lakukan karena membuatnya semakin sulit membagi waktu.

Kini Agtama tengah melangkah di koridor, berjalan untuk ke kelas setelah menyelesaikan tugasnya untuk berjaga di gerbang hari ini. Mata Agtama melirik ke arah hujan yang cukup deras padahal ini masih pagi.., wajar saja, ini sudah memasuki musim penghujan.

Brughh

Suara sesuatu yang jatuh itu membuat Agtama sontak menoleh ke belakangnya, pupil matanya membesar saat melihat sosok gadis yang terjatuh dan terduduk di lantai.

Never LeaveМесто, где живут истории. Откройте их для себя