42

339 34 7
                                    

SAWADIKHAAAAA PHI / NONG SEMUA NYA!!

YOONTON UPDATE!!!

SELAMAT DATANG DAN SILAHKAN PERGI !!!

Gak bercanda!!! Lanjutttt aja lanjutttt

Note: maaf kalau ada typo 💃🙏

~HAPPY READING~

Komen biar aku semangat!

_____

Zee mengepal kan tangan nya. Melihat bagaimana anak itu tertawa membuat rasa sesak nya kembali muncul. Wajah itu terlihat mirip dengan seseorang, apa lagi suara tawa yang selalu menjadi candu yang sudah lama menghilang.

Dia menyimpan ponsel nya di atas meja dan kembali melihat rintikan hujan di luar.

Kilatan masa lalu kembali teringat, semua berulang bak sebuah film yang terus di tayangkan. Bagaimana tawa merdu itu melantun dengan sebuah candaan klasik yang ada pada jaman nya.

Zee tersenyum miris. Andai, andai semua tidak hancur. Andai dia masih ada, andai Mew tidak pengecut, andai dan andai.

Dia hanya berandai, seandainya semua tidak terjadi mungkin mereka tidak berada dalam masalah besar ini, berada dalam kehancuran yang menjadi Boomerang untuk nya.

Zee meneteskan air mata nya namun dengan cepat ia usap dengan kasar. Dia tidak ingin terlihat lemah, dia ingin dunia melihat nya sebagai Zee yang kuat. Sebagai Zee yang kejam tanpa pernah mengeluarkan air mata.

Namun, dari kejauhan Mew melihat semua itu. Melihat saat Zee mengusap wajah nya dengan kasar, melihat setetes air mata yang membasahi wajah tegas nya itu.

Mew mendongak, rasa nya dia ingin memeluk tubuh yang sudah lama terkubur, ingin mengadu pada nya bahwa dunia begitu jahat. Mew tidak punya tempat bersandar, tidak punya tempat mengadu.

Mew meremat kertas yang sudah usang itu. Meminta bantuan Zee bukan lah cara yang benar. Dari semua nya, memang Mile yang paling waras namun pria itu secara terang-terangan menolak.

Mew berbalik kembali. Berjalan kembali menuju parkiran dan meninggal Zee yang sudah lama menunggu.

____

Bi Nana menatap Gulf dengan ragu. Jika bukan penjelasan dokter yang membuat nya down mungkin dia tidak akan datang menemui majikan nya.

"Ada apa bi?" Gulf duduk di ujung kasur dengan menatap pembantu nya yang duduk di atas sofa kamar.

Gulf memang mengajak bi Nana masuk kedalam kamar nya. Memang sedikit lancang memasuki seorang pembantu ke dalam kamar pribadi majikan, namun hanya ini tempat yang aman untuk mereka berbicara.

"S-saya ingin meminta bantuan tuan Gulf." Dengan ragu bi Nana mengucapkan kata itu.

Jika bukan pada Gulf dan Mew pada siapa lagi dia akan meminta bantuan? Dia hanya wanita tua yang hidup sebatang kara.

"Untuk?"

Bi Nana menyodorkan sebuah amplop dengan logo rumah sakit di sudut nya. Gulf mengambil amplop itu dengan mengernyit. Karena rasa penasaran yang besar mendorong dia untuk membuka amplop itu.

Dia membaca deretan kata yang tertulis pada kertas berlogo rumah sakit. Mulut nya terbuka dengan refleks tangan nya menutup mulut nya. Dia kaget. Deretan kata dengan jejak pena itu menjelaskan sebuah penyakit kronis yang di derita oleh seorang pasien bernama NANA KUSTAMI.

Nama itu. Gulf menoleh pada Bi Nana yang sudah menangis dengan menunduk.

"Bi," Panggil Gulf.

"Sejak kapan?" Suara Gulf tertahan. Serak menahan tangis akibat sebuah fakta yang menghantam nya.

Luka Yang berbedaWhere stories live. Discover now