44|Penculikan

348 25 9
                                    

Hay baby blue

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hay baby blue

Jangan lupa

Baca
Vote
Komen
Share
Tandai TYPO

Jangan jadi ninja dengan menghilang tanpa jejak

Ria

Keesokan harinya di dalam ruang rawat Andrean seorang gadis masih setia duduk di kursi dekat branker seraya menggenggam erat tangan cowok itu, seolah rasa lelah tak lagi ia hiraukan sebelum sosok itu kembali membuka mata.

Selama semalaman Laura rela terjaga hanya untuk Andrean seorang, ia takut jika sewaktu-waktu cowok itu sadar akan membutuhkan sesuatu. Tak berselang lama dapat ia rasakan gerakan kecil dari tangan yang berada di genggamannya seiring mata hitam itu yang mulai terbuka.

"Andrean lo udah sadar?"

"L-laura? G-gue dimana?" desisnya nyaris tanpa suara. Tak menjawab gadis itu hanya tersenyum lantas memeluk tubuh Andrean dengan sangat erat, rasa takut akan kehilangan lah yang membuat Laura seperti itu. "Jangan sakit... gue takut."

Dengan gerakan lemah tangan Andrean terulur mengusap lembut punggung gadis itu berusaha meyakinkan jika dia baik-baik saja. "Lo nggak kuliah?"

"Lo lagi sakit, gue mau jagain lo."

Mendengar jawaban Laura membuat Andrean melepaskan pelukan secara paksa, perlahan ia bangkit lantas menangkup kedua pipi bulat gadis itu. Jujur Andrean tidak suka dikasihani apalagi sampai membebani orang lain.

"Pulang Ra, lo harus kuliah. Pendidikan lo jauh lebih penting," ucapnya dengan suara serak.

Sementara gadis itu tak bergeming ia mulai teringat akan pesan dari cowok yang kemarin malam menelfonya, terbesit rasa ingin menyampaikan pesan pada Andrean namun kondisi cowok itu sedang tidak memungkinkan membuat Laura dilema.

Tak berselang lama pintu ruang rawat Andrean terbuka menampilkan sosok dokter Hendra  bersama seorang suster yang berjalan mendekat kearah mereka. Tak ingin Laura khawatir cowok tersebut memintanya untuk keluar sebentar, sementara dirinya ingin berbicara empat mata dengan sang dokter.

Dengan berat hati Laura hanya mengiyakannya  saja lantas membawa langkahnya keluar, berusaha memberi ruang untuk Andrean dan dokter pribadinya.

"Andrean bagaimana kondisi kamu?" tanya pria muda itu seraya mengusap lembut rabut Andrean yang menutupi mata. Hanya senyum singkat yang mampu ia lakukan, karena sejujurnya ia tidak mengerti dengan kondisinya saat ini.

I'm Your Brother ✔Where stories live. Discover now