2|Sebenci itu kah?

715 74 77
                                    

Alvaro berjalan santai menuju kelas 12 IPS 1, hari ini setelah 1 minggu absen akhirnya ia menginjakkan kaki di SMA Nusantara

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Alvaro berjalan santai menuju kelas 12 IPS 1, hari ini setelah 1 minggu absen akhirnya ia menginjakkan kaki di SMA Nusantara. Banyak pasang mata yang menatap tidak suka kearahnya, tak jarang sepenjang koridor banyak siswi yang membicarakanya, tapi Alvaro tak menghiraukanya.

"Alvaro !!! Sahabatku!!!" Alvaro menghentikan langkahnya, teriakan menggema terdengar keempat cowok berlari kearahnya dan dengan cepat Gio memeluknya dengan erat.
"Varo sahabatku! kemanakah dikau selama satu minggu ini?"

"Lepasin ngeri lo." Alvaro mendorong Gio menjauh, keempat cowok itu tertawa.
"Apa kabarRo?" tanya Farel.
"Gue baik, lo berempat gimana?"
"Kita baik, sehat." mereka lalu berjalan menuju kelas 12 IPS 1.

"Lo nggak akan absen lama lagi kan?" Alvaro menggeleng.
"Waktu itu gue males jadi milih ikut balap liar demi uang biar bisa makan dan sekolah." jelasnya.
"Kalau ada apa-apa jangan segan buat cerita, kita kan sahabat dari dulu." Marvin menepuk bahu Alvaro.

"Thanks karena selalu ada buat gue."
"Rumah gue terbuka buat lo." Farel mengusap pelan surai alvaro.
"Tante Tania udah sehat, Rel?" Farel mengangguk.
"Setelah lo jengukin beberapa hari lalu, Bunda udah sembuh."
"Syukurlah."

Mereka mendudukan diri ditempat masing-masing.
"Ren, lo ngapain?" heran Alvaro yang melihat teman sebelah bangkunya yang biasanya malas jadi rajin menulis dikertas kecil.
"Lo lupa atau gak buka Hp sih? hari ini ada UH matematika." Alvaro membulatkan matanya.

"Apa!!!" teriakannya mendapatkan tatapan tajam dari seluruh siswa.
"Mulut lo itu toa!! Jangan teriak!!" teriak Ziva, Alvaro hanya menyengir.
"Ren, gue nyontek lo ya."
"Gak boleh."
"Yaudah tinggal gue laporin Pak Aldi kalau lo buat contekan."

Alvaro dan empat sahabatnya mengangguk sepakat, Rendi menjadi takut.
"Iya deh iya." tak lama pak Aldi masuk membawa setumpuk soal.
"Mati gue." lirih Alvaro.
"Buku matematika dan ponsel silahkan dikumpulkan didepan!" Alvero menatap pak Aldi.

"Varo masih ingat kamu pada Sekolah?" Alvaro mengangguk sembari mengumpulkan.
"Padahal Kakak kamu Andrean sangat rajin, kamu malah kebalikanya." Alvaro memutar bola mata malas.
"Tapi saya Alvaro Pak, bukan Andrean." jawabnya sebal, ia tak suka selalu dibandingkan dengan kakaknya.

"Setidaknya anak kembar itu ada kemiripan keperibadian, selain wajah dan fisik."
"Saya gak berharap mirip sama penjahat itu." lirihnya sembari mengerjakan soal yang sulit.

"Hust.. Ren.. hust.. hust.." Alvaro memanggil Rendi.
"Alvaro no 5 jawabanya apa?"
"Yo, Gio no 5." Gio menggeleng mereka saling mencari jawaban.
"Alvaro!! Gio!! Danil!! Rendi!! Keluar kalian!!" tegas pak Aldi.
"Alvaro tuh pak!! nanya mulu." sebal Rendi.

"Lo aja yang pelit!" bentak Gio
"Kalian berempat kerjakan diluar!! Sekarang!!" Mereka keluar dan mendudukan diri didepan kelas.
"Yes!!" Seru mereka berempat.
"Tapi saudara kembar gue dan farel masih didalam." Ucap Danil.

"Sekali-kali." Mereka berempat lalu mengerjakan ulangan harian.
"Ngapain lo ngerjain diluar? ada masalah sama Pak Aldi?" Alvaro menatap malas.
"Kenapa lo ngerjain diluar?" Alvaro bangkit menatap cowok mirip dengannya.

I'm Your Brother ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora