Duapuluhempat

560 11 0
                                    

Selamat Datang DiDuniaku.

Jangan Lupa Vote dan Komen.

Selamat Membaca!

.

.


.


"Apa yang mau papah bicarakan?" tanya Bio mengalihkan pertanyaan sang ayah.

Arun yang sejak tadi menatap Bio langsung menghela napasnya. Tidak mungkin Bio yang membeci pernikahan ini tiba-tiba bisa berlapang dada untuk menerima ini semua.

"Papah kesini karena papah mau menanyakan keadaan cafe. Kenapa cafe bisa seperti itu? Ada masalah apa?" tanya Broto.

"Masih Bio cari tahu pah" balas Bio.

"Cafe bermasalah? Kenapa Bio gak cerita?" Batin Arun.

"Keadaan udah kacau, baru kamu cari masalahnya? Kemana aja kamu??!" ujar Broto.

"Ini cuma masalah marketing aja pah" bela Bio, hanya dirinya lah yang saat ini harus tetap tenang agar terjadi hal yang tidak siinginkan.

Broto menghela napasnya, "papah emang gak pernah salah menilai kamu dari dulu" ujar Broto.

"Bio bisa nyelesainnya pah".

"Buktiin".

Suasana menjadi tambah tegang saat Broto berusaha menanggapi sikap keras dari Bio. Nita yang awalnya kesal, merubah wajahnya seketika cemas karena melihat suami dan anaknya secara bergantian.

"Silahkan minum dulu pah, mah" ujar Arun sambil menyodorkan air minum pada Nita dan Broto.

Broto tersenyum, "terima kasih ya Arun" ucap Broto.

Arun menganggukan kepala sambil tersenyum, "kenapa papah selalu ngasih tanggung jawab yang berat, sedangkan papah aja terus meragukan Bio" tanya Bio.

"Supaya kamu bisa berkembang ke arah yang lebih baik!" balas Broto.

"Pah, gak perlu pake emosi" Nita berusaha meredam ketegangan ini sambil mengelus pundak suaminya secara perlahan.

"Lebih baik? Apa yang papah harapin dari pernikahan aku sama Arun?" tanya Bio.

"Papah berharap aku berubah kayak gimana? Papah pikir pernikahan ini bisa merubah aku? Papah salah pah, aku benci sama pernikahan ini" ujar Bio dengan lantang.

Arun yang masih berdiri disitu merasakan bagai tersambar petir di siang bolong. Tiba-tiba saja Arun merasakan hatinya seolah mencelos dan tersentil oleh kata-kata Bio.

"BIO!" tegur Broto dengan suara kerasnya.

"Pah, sabar pah" Nita mencoba menahan Broto yang hendak berdiri mendekat pada anaknya.

"Kenapa pah? Bukannya papah tadi tanya, dan itu jawaban Bio".

Setelah mengatakan itu, Bio pergi keluar dari rumah tersebut dan terdengar suara derum mobil meninggalkan garasi rumahnya. Namun sebelun pergi, Bio sempat melihat dan menatap mata Arun. Namun Arun hanya bisa diam dan tidak bisa berkata apa-apa apalagi sampai menahan Bio untuk tidak pergi saat itu.

WHY ME?//WHY NOT?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang