enambelas

547 13 0
                                    

Selamat datang di duniaku.

Jangan lupa vote dan komen.

Selamat membaca!

.
.
.

Sebuah rumah besar bertema klasik modern menjadi tempat pilihan Bio. Hadiah ini merupakan hadiah terbesar yang pernah Bio dapatkan dari ayahnya.

Kadang Bio bingung, mengapa sang ayah rela mengeluarkan uang begitu banyak demi ini? Hanya karena Bio bersedia menikah dengan Arun.

Ah sudah lah.

Pagi ini Bio bangun lalu melangkah kan kakinya menuju meja makan. Maklum baru hari pertama mereka di rumah ini segala kebutuhan dan keperluan belum mereka penuhi. Dan meja makan pun kosong tidak ada makanan apapun.

Oh iya, jangan kalian pikir Arun dan Bio tinggal se kamar ya!

Kemarin malam setelah mereka sampai, Bio lebih tepat nya langsung membagi ruangan kamar untuk mereka. Kamar Bio terletak di lantai kedua rumah tersebut sedangkan kamar Arun berada di lantai satu lebih tepatnya itu kamar untuk tamu.

Arun hanya bisa mengikuti apa kata Bio, walaupun didalam hatinya Arun ingin sekali mengacak serta menggaruk muka Bio.

Suara langkah kaki menyadarkan Bio dari lamunannya.

"Lo masak?" tanya Bio saat melihat Arun dari arah dapur.

"Masak apaan? Dapur kosong begitu!" ucap Arun sambil menarik kursi untuk duduk.

Tak lama Arun kembali bangkit dari duduknya, "kemana lo?" tanya Bio.

"Beli sayur, mau ikut?" ajak Arun dengan malas.

"Ogah! Itukan urusan lo, gue terima beres" jawab Bio.

Arun menatap Bio, "jadi maksud lo, mulai sekarang gue ngurusin lo? Bukan nya lo gak suka sama gue, kenapa sekarang minta di urusin gue?".

Bio yang mendengar itupun langsung menatap tak terima.

"Heh! Siapa yang minta lo ngurusin gue?" tanya Bio pada Arun.

"Lahh lo tadi itu ..."

"Ngurusin yang gue maksud itu, lo ngurusin makanan gue setiap hari. MAKANAN aja titik gak yang lain" jelas Bio.

"Dikira gue babunya apa!" gumam Arun sambil melangkah pergi keluar.

Bio ikut bangkit dari duduknya, "Dia kira gue gak denger ocehannya kali ya? Bodo amat lah! Mending gue mandi".


Arun memang pandai dalam hal mengolah sayuran. Selama Arun tinggal dengan sang nenek hal seperti ini sudah menjadi bagian dari aktivitasnya.

"Makanan udah siap. Mandi dulu deh baru gue makan" ucap Arun setelah menata makanan di atas meja.

Lima belas menit berlalu, Arun sudah tampil rapi. Outpit kampus hari ini sangat menjadi inspirasi bagi yang lainnya.

"Nih orang udah berangkat apa belum sih? Tapi kok masakan gue masih utuh aja. Apa dia gak makan?" Gumam Arun.

Sepertinya Bio memang sudah berangakat. Arun memutuskan untuk membawa saja makanan tersebut ke dalam kotak makan miliknya. Arun hanya sedikit mengambil makanannya lebih banyak ditinggalkan di rumah.

WHY ME?//WHY NOT?Where stories live. Discover now