tigabelas

622 20 2
                                    

Selamat datang di duniaku!

Jangan lupa vote dan komen!

Selamat membaca.

.

.

.

Seminggu kemudian ...





"Run?"

Arun masih sibuk dengan mengelap gelas yang ada di tangannya.

Malam ini adalah malam terakhir dari acara tahlilan mendiang nenek Arun.
Beberapa tamu sudah meninggalkan tempatnya. Hanya tinggal beberapa sanak saudara dari nenek Salma yang berada sekarang.

"Maaf Run!" ucap Akbar saat berhasil menarik kain lap yang sedang arun gunakan.

"Udah?" tanya Arun kembali menarik kain lap nya.

"Run! Kenapa kamu jadi marah sama saya? Salah saya apa?" tanya Akbar dengn nada tinggi.

Arun memicingkan matanya menatap Akbar. Arun tahu ini adalah mode marahnya Akbar menggunakan kata 'SAYA'.

"Kamu nanya?" ucap Arun.

Akbar menatap Arun bingung. Arun sedang mode apa sekarang ini?

"Jelasin dong Run, please" pinta Akbar.

"Kamu bertanya-tanya?"

"Run!"

Arun menghela napas, "enggak Bar, gue gak marah sama lo kok" balas Arun.

"Serius?"

"Kalo lo ngomong terus gue marah beneran sama lo!" ucap Arun memperingati.

"Oke-oke, tapi aku mau tanya satu hal sama kamu" ucap Akbar.

"Apaan?"

"Kamu mau pindah dari rumah ini?"

Arun mengganggukan kepalanya tanpa ragu. "Byee Akbarr" ucap Arun sambil melambaikan tangannya.

"Kenapa?"

"Karena ini bukan rumah gue. Disini gue numpang" ucap Arun.

"Tapi ini rumah nenek Salma Run, kamu cucu nya berarti kamu berhak ada di sini juga" ujar Akbar.

"Ya udah gue ganti alasannya, gue mau mandiri" jawab Arun.

Arun melangkah berbalik arah dari Akbar, "kalo aku minta kamu tetap disini?"

Arun tersenyum, "Mamah yang minta aja gak gue turutin apalagi lo, Akbar. Yang bukan siapa-siapa gue" setelah itu Arun pergi meninggalkan Akbar sendirian.

"Bukan siapa-siapa?" gumam Akbar.





DUARRRRR!!!






Hakan tah ku sia!
















WHY ME?//WHY NOT?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang