duabelas

635 17 1
                                    

Selamat datang di duniaku!

Jangan lupa vote dan komen.

Selamat membaca!


.

.

.




Seperti rutinitas pada umumnya dalam sebuah acara pemakaman. Setelah jenazah di makamkan, beberapa anggota kelurga berkumpul untuk membicarakan sesuatu yang berkaitan dengan jenazah.

"Apa ibu punya hutang?" tanya Linda.

Saat ini Arun, Linda serta anak terakhir dari nenek Salma, mba Vera berada di satu ruangan.

Anak nenek Salma bukan cuma Linda dan Vera saja, Mas Chandra merupakan anak keduanya. Namun karena mas Chandra berada di luar kota, beliau tidak bisa datang ke pemakaman sang ibu. Karena perjalanan yang memakan waktu hampir dua hari dan keadaan istrinya yang sedang mengandung, mas Chandra memutuskan hanya untuk mengirimkan doa saja.

Berat pasti tapi mau bagaimana lagi?

"Harusnya sih enggak" ucap mba Vera dengan nada ketus.

Jangan kaget, mba Vera ini tipikal orang yang judes.

Tok tok tok

"Permisi teh, itu ada yang nyariin" ucap seorang perempuan muda.

"Saha? (Siapa?)" kata mba Vera.

"Itu teh, ehhh ... katanya dari bank" balasnya, lalu berpamitan pergi.

Mba vera langsung berdiri dari duduknya, "Nah kan! Kalo kayak gini saya teh gak mau tau ya. Nih anak ini nih!" tunjuk mba Vera pada Arun.

Arun dengan mata sedikit membengkak akibat menangis masih tertunduk di samping Linda.

"Jaga ucapan kamu!" Linda memperingati.

"Kenapa mba? Benerkan! Ibu pasti berhutang ke bank gara-gara ngurusin si Arun. Anak mba itu!" ucap Vera sinis.

"Kalo gitu biar Arun yang temuin orang bank nya"

Arun bangun dari duduknya dan langsung berjalan untuk menemui tamu tersebut.

"Run, Arun ... " panggil Linda.

Vera dan Linda akhirnya mengikuti Arun. Sampai di hadapan mereka seorang laki-laki berumur tiga puluh tahunan kurang mengenakan setelan jas berwarna biru dongker dengan rapi sedang berjabat tangan dengan Arun.

"Silahkan duduk pak" ucap Arun.

"Terima kasih. Sebelumnya saya ingin mengucapkan turut berduka atas meninggalnya ibu Salma, dan ijinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Ikhsan sanjaya, saya seorang notaris. Lebih tepatnya saya notaris dari nenek Salma" ucap Ikhsan.

"EEHH, Sakedap. Tunggu pak. Jadi bapak teh bukan orang bank, yang itu .. apa itu teh, ckk. Yang nagih hutang itu?" tanya Vera tiba-tiba, lalu duduk di samping Arun.

Ikhsan mengelengkan kepala,"Saya notaris bu" ucap Ikhsan tegas.

"Maaf pak, apa ada yang ingin disampaikan?" tanya Linda.

WHY ME?//WHY NOT?Where stories live. Discover now