Duapuluhdua

518 10 0
                                    

Selamat Datang di Duniaku.

Jangan lupa vote dan kome.

Selamat membaca!

.

.

.

Arun masih berada dipelukan Bio. Dengan mata sayu Bio menangkup wajah Arun dengan kedua tangannya. Bio perlahan mengusap air mata dipipi Arun, " jangan pernah nangis didepan gue Run" ucap Bio memperingati.

Arun hanya membalas dengan menganggukan kepala tanda menyetujui, "gue nangis juga gara-gara lo" balas Arun dengan suara khas nangisnya.

"Iyaa, maaf"

Kedua mata mereka saling beradu pandang dalam hening. Perlahan Bio memajukan wajahnya pada Arun.

Cup

Benda kenyal menempel tepat di bibir Arun. Awalnya hanya menempel namun lama kelamaan menjadi lumatan yang membuat Arun yang awalnya terkejut sampai menutup mata karena menikmatinya.

Arun langsung mendorong tubuh Bio saat pasokan udara tidak masuk dalam dadanya. Bio yang mundur beberapa langkah terlihat ngos-ngosan sambil menatap Arun. Saat pungutan mereka terlepas Arun langsung meraup oksigen dengan kasar.

Malu.

Itu lah yang Arun rasakan saat ini sampai tidak berani untuk menatap lebih lama Bio. Setelah dirasa pipinya akan menyemburkan warna merah karena hal itu, Arun langsung bergegas masuk ke dalam kamarnya. Seketika pintu ditutup oleh Arun. Bio tidak bisa berbuat apapun.

Pagi menyapa lebih cerah dibandingkan kemarin. Arun yang baru saja keluar dari kamarnya langsung melihat dan memperhatikan seisi ruangan tersebut. Tidak ada tanda-tanda orang yang melakukan aktifitas.

"Apa dia udah berangkat? Tapi ini masih jam setengah tujuh" gumam Arun.

Setelah mengatakan hal itu Arun langsung teringat kejadian semalam. Tanpa sadar Arun memegangi bibinya. Namun sebisa mungkin Arun langsung menggelengkan kepala dan berpikir bahwa itu terjadi karena kesalahan bukan kesengajaan.

"Masak apa ya?"

Arun berjalan menuju lemari sambil membukanya dan melihat bahan makanan apa yang akan dia olah. Hanya terdapat mie instan rasa kari dan soto. Arun melihat sambil tangannya mencoba memilih mana yang akan dia ambil.

"Cuma ada mie, ini aja deh"

Arun memutuskan mengambil mie dengan rasa soto. Setelah itu Arun menutup kembali pintu lemari dan mengambil panci.

"Cuma itu yang bisa lo masak?"

Arun yang baru saja berbalik badan dan langsung di suguhkan dengan pemandangan didepannya, Bio mengenakan kaos serta celana denim sebatas lutut dengan wajah serius membuat Arun hilang fokus sejenak sebelum suara Bio kembali mengudara.

"Lo tau kan itu gak sehat?" tanya Bio sambil menunjuk mie instan yang ada dibelakang punggung Arun.

Satu hal yang Arun tidak bisa pahami, mengapa Bio bisa berubah-ubah sikap dengan sangat cepat?. Memang benar Bio tidak akan pernah mengalami perubahan apapun. Itu yang bisa Arun simpulkan sekarang.

WHY ME?//WHY NOT?Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora