Tujuhbelas

546 16 0
                                    

Selamat datang di duniaku!

Jangan lupa vote dan komen.

Selamat membaca.

.

.

.

.

Bio langsung menggeserkan makananya yang belum disentuh sama sekali. Dia lebih memilih menuntun Arun untuk duduk di sofa depan tv tersebut. Sedangkan Arun masih memejamkan matanya.

"Lo makan dulu, abis itu minum obat" ujar Bio.

Arun menggelengkan kepala, "enggak, gue pusing. Biar gue istirahat aja besok juga baikan kok" Arun berusaha untuk bangkit dari duduknya namun gagal akhirnya terjatuh dan duduk kembali.

"Dengerin gue! Makan abis itu minum obat!" bentak Bio.

Mendengar itu, Arun membuka matanya perlahan dan terlihat lah raut wajah Bio yang sedang dipenuhi amarah. Air mata jatuh begitu saja dari mata sebelah kiri Arun, melihat itu Bio sedikit tersentak.

Bio tidak menyangka bahwa kata-kata nya dengan nada keras tadi membuat Arun sampai menangis, "lo bisa gak sih gak usah bentak-bentak gue, gue lagi ngerasain sakit. Ngerti sedikit bisa gak sih?" ucap Arun sambil terus mengeluarkan air mata.

"Gue gak bermaksud buat bentak-bentak lo, gue ... khawatir sama lo" ucap Bio mampu membuat Arun menatapnya dengan intens.

Bio yang ditatap tersebut langsung bangkit dari duduknya menuju meja makan, "kalo lo sakit gue juga yang repot, nanti orang tua lo nanyain pertanggung jawaban gue sebagai suaminya" ujar Bio sambil mengambil makanannya yang sempat tertunda.

Bio kembali ke sofa sambil membawa makanan tersebut, "jadi gue gak mau tau, lo harus makan!" ujar Bio sambil menyodorkan makanannya didepan Arun.

Arun membuang wajahnya ke arah lain,  "enggak, gue males. Kepala gue juga pusing kalo matanya dibuka lama-lama. Lagian kan itu makanan lo, makan aja" ucap Arun terus menolak.

"Buka mulut lo! Aaa .."

Tanpa Arun sangka dengan mengintip dengan sebelah matanya yang dibuka Arun melihat Bio tengah menyodorkan sendok  berisi nasi dan suwiran ayam.

Bio akan menyuapinya?

"Lo ... mau ngapain?" tanya Arun dengan gugup.

"Isi dulu perut lo nanti abis itu lo bisa minum obat dan istrihat" jelas Bio.

"Satu suap aja" ujar Arun toh percuma menolak pun sudah tidak bisa.

"Semaunya gue lah! Kan gue yang nyuapin" balas Bio.

"Ya udah masukin aja ke mulut lo jangan mulut gue!" protes Arun.

"Sepuluh suap" tawar Bio.

"Dua suap".

"Lima suap".

Arun masih terus menggeleng dengan mata tertutupnya, "tiga suap, deal! Gue buka mulut" ujar Arun.

Bio tidak bisa memaksa lagi, "oke! Buka mulut lo" perintah Bio.

WHY ME?//WHY NOT?Where stories live. Discover now