Tiga

1K 23 1
                                    

Selamat datang di duniaku!!

Jangan lupa vote dan komen

Selamat membaca!

.
.
.

Arun berjalan menuju ruangan Bio dengan kening berkerut, "Lah bang?" ucap Arun saat berpapasan dengan Dimas yang baru saja dari ruangan Bio.

"Arun? Mau kemana lo?" tanya Dimas.

"Lah, gue dipanggil sama pak Bio tadi lewat telpon katanya suruh ke ruangannya. Gak tau juga suruh ngapain" balas Arun.

"Kenapa dia gak nyuruh gue aja sekalian tadi ya?" ujar Dimas.

"Nah, itu dia. Gue juga bingung, kalo enggak lo balik lagi aja bang ke ruangannya" usul Arun.

"Ogah! Kan lo yang dipanggil. Udah sana, semangat!!" ucap Dimas sambil menepuk bahu Arun kemudian pergi meninggalkannya.

"Ihh, tapi bang? WOII BANG DIMAS?!!" panggil Arun dengan keras.

Kecurigaan Arun makin bertambah, sebenarnya apa maksud Bio memanggilnya saat sedang ada Dimas disana.

Arun menghela napas kasar lalu pergi menuju ruangan Bio.

Tok tok tok

"Permisi"

Ucap Arun dengan suara lembut. Arun masih tahu sopan santun, meski kelakuannya sedikit bar-bar.

Hah?!!

Sedikit?!!

Gak salah?!!

"Masuk" ucap Bio dengan suara berat.

Arun membuka pintu tersebut lalu berjalan perlahan menuju meja Bio berada. "Ada yang bisa saya bantu pak?" tanya Arun langsung.

Bio bangkit dari duduknya lalu menatap Arun. Arun yang merasa ditatap merasa risih sambil berusaha tenang dengan menarik dan hembuskan napasnya.

"Maaf pak. Bapak kenapa minta saya datang ke sini ya?"

"Kamu gak tau saya?"

"Tau, kan tadi bapak baru kenalan"

"Ckk, maksud saya kamu tahu saya sebelumnya kan?" tanya Bio jengah.

"Enggak"

"Kamu cewek scoopy item tadi pagikan?" tanya Bio langsung to the point.

"Bapak tau merk sama warna motor saya? Wahh!!" ucap Arun sambil menutup mulutnya karena terkejut.

Bio tak habis pikir dengan perempuan satu ini, apa yang ada di otaknya sekarang sampai kejadian tadi pagi saja dia tidak mengingatnya.

"Kamu cewek yang marahin saya tadi pagikan, waktu dijalan" ucap Bio.

"Mampus lo Run! Dipecat abis ini lo!"

Batin Arun bersuara, saat otaknya mengingat kejadian pagi tadi.

"S--saya gak marahin bapak" elak Arun dengan nada terbata-bata karena gugup.

WHY ME?//WHY NOT?Onde as histórias ganham vida. Descobre agora