i. bagian satu dan luka ( Glen )

270 111 62
                                    

21 November 2018

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


21 November 2018

Gemericik air mengisi keheningan malam. Sudah minggu kedua di bulan November, langit meluruhkan sejuta rintik pilu disertai kilat petir bak dipotret oleh sang semesta.

Glen Utara Senandika, namanya. Lelaki dengan dua kancing atas kemeja yang dibiarkan terbuka itu memantik sebatang rokok. Pening yang melanda kepala Glen semakin menjadi-jadi lantaran dering ponsel yang tak henti-hentinya menyahut.

Suasana hati kian luar biasa kacau. Demikianlah Glen mengumpat geram seraya melempar ponselnya hingga hancur terbentur dinding.

"Berisik anjing!"

Seperti itulah gambaran remaja bernama Glen yang masih hangat-hangatnya berada pada masa pubertas ketika stres melanda. Kalau tidak nyebat, ya merusak fasilitas.

Malam ini, sepeninggalan orang tuanya yang hendak melanjutkan perjalan bisnis ke luar kota, Glen termenung di sudut ruangan dengan jendela terbuka lebar. Ruangan yang penuh dengan nuansa bergaya klasik namun masih tetap terasa khas anak muda, dari mulai koleksi gitar sampai beberapa poster dari band ternama seperti Queen, The Rolling Stones, dan Linkin Park. Setelah perang dingin antara dirinya dan Mama tiri, juga sesi baku hantam antara dirinya dan Papa, Glen kini hanya bisa tertawa miris. Lelaki itu menghembuskan asap rokoknya ke langit-langit kamar.

Padahal ini bukan lagi kali pertama Glen terlibat perang dengan kedua orang tuanya. Ini juga bukan kali pertama Glen disalahkan atas gagalnya Landscape manggung di salah satu kafe terkemuka kalangan anak remaja. Dan ini juga bukan lagi menjadi yang pertama bagi Glen merasakan sakitnya kehilangan seseorang yang teramat begitu berharga.

Setelah Mama, satu-satunya sosok malaikat dalam hidupnya pergi. Aidam Jakti Senandika, si sulung itu adalah sosok yang paling bisa diandalkan. Bagaimana tanggung jawabnya sebagai seorang anak pertama, juga seorang kakak yang merupakan sayap pelindung bagi ketiga adik laki-lakinya. Aidam dituntut untuk bersikap dewasa sedari ia masih berada di Sekolah Dasar. Dengan alasan, bahwa ia adalah anak pertama di keluarga Senandika. Ekspetasi besar Papa terhadap Aidam sangatlah besar, begitu juga Glen. Tanpa sadar ekspektasi tersebut justru membentuk sebongkah beban pikiran yang mau tak mau harus dipikulnya.

Aidam didiagnosis mengidap gagal jantung. Dan tepatnya kemarin, ia dinyatakan meninggal.

Dunia Glen luluh lantak. Setelah kepergian Aidam, kini Glen diwajibkan mengemban tanggung jawab sang Kakak. Tidak, bukan maksud ingin lari, tetapi kalau bisa pun Glen ingin menggantikan posisi Aidam. Aidam berhak bahagia atas pencapaiannya, Aidam juga berhak menggapai mimpi untuk memiliki keluarga kecil yang bahagia.

"Kiran udah pergi, mimpi gue punya keluarga cemara bareng Kiran juga udah lenyap." Seperti itu kata Aidam ketika Glen tanya mengapa ia belum juga mencari pasangan hidup di saat usianya sudah lebih dari matang.

Himpunan Rasa Where stories live. Discover now