🦊 12 💙

1.2K 54 13
                                    

“Mamah! Mamah! Mamah!”

Setelah menaruh sepatu di raknya, Karina rusuh menghampiri Irene yang sedang maskeran cantik di sofa ruang tengah. Ia kepikiran hal ini dan harus menanyakannya segera.

“Mamah, emang bener Pak Yeonjun itu punya tempat gym?”

Irene menyingkirkan potongan timun di matanya lalu bangkit dari rebahan. Tak ada angin tak ada hujan Karina ujug-ujug menanyakan soal Yeonjun padanya.

“Itchu ppunya ppappuanya...” jawab Irene dengan suara tertahan karena takut maskernya retak.

“Hah?”

“Ppunya ppappuanya...”

“Pak Yeonjun punya cabang di Papua?! Waduh! Gak kejauhan itu?”

Plak!

Irene menepuk jidatnya frustasi. Karina miskomnya tak kira-kira. Jadi serasa sedang main tebak-tebakan kata di acara televisi itu jatuhnya.

“Setahu Mamah tempat gym itu punya papahnya, mungkin sekarang Yeonjun yang mengelolanya.”

“Oh, bilang dong dari tadi.”

“Mamah kan lagi maskeran, Sayang. Nanti maskernya retak kalau Mamah kebanyakan ngomong.”

“Itu sekarang udah awur-awuran.”

“Hih, kamu ini.” dengan agak jengkel Irene berjalan ke kamar mandi untuk membilasnya, padahal harusnya delapan menit lagi. Mana ini masker harganya mahal sekali.

Aduh!

Tapi kemudian dia berbicara lagi. “By the way, itu helm kamu bisa dibuka dulu nggak? Mamah gerah lihatnya.”

Karina meraba-raba kepalanya. Bisa-bisanya dia kelupaan memakai helm sampai ke dalam rumah. Pak Yeonjun benar-benar mengalihkan fokusnya.

Lebih baik dia mengambil minuman dingin dulu di kulkas. Biar sekembalinya Irene ke sana, ngobrolnya jadi lebih enak.

“Aku kira Pak Yeonjun itu cuma jadi dosen doang kegiatannya?”

“Mamah kan pernah bilang sama kamu kalau dia udah mapan, udah punya bisnis juga. Dari segi finansial dia itu udah stabil. Kamu tahu gak kalau restoran tempat kita ketemuan itu restoran punya dia?”

Brrrhhh!

Hampir saja es kopi itu menyembur kembali dari dalam mulutnya. “Kok bisa?!”

“Ya bisa. Kata Tante Jennie sih restoran itu udah dirintis Yeonjun bareng temennya dari zaman mereka kuliah. Bisnis kecil-kecilan anak muda gitulah. Tapi kalau sekarang katanya udah jadi milik Yeonjun sepenuhnya. Udah ada cabangnya juga kan yang di mall itu?”

Karina berkedip-kedip mencerna semuanya dengan mulut yang masih sedikit terbuka. Yeonjun ternyata lebih tajir dari yang ia duga.

Irene pun melanjutkan. “Mamah sama Papah ngenalin kamu sama dia itu bukan tanpa alasan. Mamah tahu selera kamu, Mamah tahu karakter kamu. Mamah juga sering ngobrol sama Tante Jennie dan cukup tahu seleranya Yeonjun itu kayak gimana. Dan ya, Mamah pikir prinsip kalian itu ibarat rantang sama jinjingannya gitu. Ngepas pokoknya, bisa saling melengkapi.”

“Jelek amet perumpamaannya.”

“Awalnya Mamah mau mengibaratkan ketiak sama bulunya. Tapi Mamah sadar kalau itu lebih jelek lagi.”

Karina langsung melayangkan tatapan anehnya. Tak menyangka kalau Irene bisa random juga pemikirannya.

“Ngomong-ngomong, hubungan kamu sama Yeonjun gimana sih?” kepo wanita paruh baya itu seraya menaik-turunkan alisnya jenaka

Mas Dosen || YeonRina [SLOW UPDATE]Where stories live. Discover now