🦊 04 💙

1.6K 57 2
                                    

Empat kepala itu sontak saja menoleh ke arah sumber suara. Terlihat sosok Pak Yeonjun berdiri di sana dengan ransel hitam tersampir di sebelah bahu, dan memegang susu kotak L-Men siap minum di tangannya.

Karina membelalak sebentar kemudian kembali bersikap santai. “Jangan geer, Pak. Siapa juga yang ngomongin Bapak? Bapak salah denger kali.” elaknya.

Chaewon, Soobin, dan Beomgyu mulai mencerna semuanya. Mereka tercengang, jadi ini toh yang namanya Pak Yeonjun? Sesuai dengan deskripsi Karina ternyata. Masih muda, tampan pula.

Tapi sayangnya di mata Beomgyu susu kotak L-Men itu lebih menarik ke mana-mana. Jadi mau minum juga biar tambah laki, pikirnya.

Yeonjun membuang nafas lelah dan memutuskan untuk tidak memperpanjang semuanya. Biarkan saja, lagipula dosen dighibahkan mahasiswa itu hal biasa. Dia kini berjalan mendekati Karina dan berdiri di hadapannya.

“Karina, saya lupa tadi belum ngasih tahu kamu. Saya lihat kamu belum ada di grup bimbingan saya, nanti kamu masuk ya? Supaya kalau ada info atau mau diskusi jadi lebih mudah.”

Semua itu disampaikannya dengan ramah. Tapi berhubung lawan bicaranya adalah seorang Karina, hal spele pun jadi minta ampun rumitnya.

“Kok jadi saya yang harus masuk sih, Pak? Gak mau ah, saya maunya dimasukin sama Bapak!”

What?!

Chaewon, Soobin, dan Beomgyu kaget mendengarnya. Yeonjun apalagi, wajahnya sudah nano-nano tak karuan karena pikirannya mulai bercabang.

“M-maksudnya?”

“Lho? Ya iya, kan harusnya yang masukin saya itu Bapak. Bapak kan pihak yang memegang kendali di sini.”

Beomgyu mengusap tengkuknya. “Kok malah makin ambigu ya?” gumamnya pelan.

Bugh!

Karina yang mendengar itu menggebuk pundaknya lalu merongos galak. “Ambigu gimana sih maksud lo, Gyu?! Pak Yeonjun ini kan so pasti jadi admin grup, jelaslah beliau ini yang memegang kendalinya. Maka dari itu gue mau dimasukin sama beliau. Gitu!”

Beomgyu tertawa canggung. “O-oh... Gitu ya, Rin? Hehehe... Ya maaf, soalnya pikiran gue awalnya bukan ke sana. Serius dah!”

Bugh!

Chaewon ikut-ikutan mendamprat pundak Beomgyu menggunakan tas selendangnya. Jadi gregetan, kenapa malah diperjelas coba?

Beomgyu dan Karina itu memang dumb and dumber. Sebelas dua belas kelakuannya.

“Y-ya sudah, kalau gitu saya minta nomor kamu saja. Nanti biar saya yang m-masukin kamu.” Yeonjun menyodorkan ponselnya kepada Karina.

Beomgyu melipat bibirnya ke dalam menahan tawa. Pak Yeonjun ikut-ikutan ambigu, pikirnya.

“Ini, Pak.” Karina memberikan kembali ponsel itu setelah mengetikkan nomornya. “Sudah saya namain juga. Karina, dengan lope warna pink di belakangnya.”

Yeonjun mengernyit melihatnya, ternyata benar ada lope-lopenya. Ia men-dial kontak tersebut, dan ternyata panggilannya memang masuk ke ponselnya Karina. Ini artinya gadis itu tidak mengerjainya.

“Terima kasih, Karina. Kalau begitu saya permisi dulu. Saya duluan ya semuanya?”

Beomgyu, Chaewon, dan Soobin menjawab iya seraya mengangguk sopan. Setelah sosok dosen itu menghilang dari pandangan, barulah ketiganya berkoar-koar mengomeli Karina yang mulutnya lagi-lagi tidak bisa dikondisikan.

“Halah, itu mah elo-elo aja kali yang isi otaknya anu semua. Denger masukin dikit langsung kotor aja bawaannya. Makanya sesekali itu pergi ke tempat ruqyah!” dan pada akhirnya malah Karina yang balas koar-koar mengatai mereka.

“Gue masih gak nyangka ternyata Pak Yeonjun yang itu orangnya. Gue pernah beberapa kali ketemu dia di lift sama papasan di tangga, dan gue ngiranya dia mahasiswa.” curcol Soobin.

“Dandanannya anak muda banget emang. Dari cara ngomongnya juga dia ramah dan friendly. Giselle juga bilang gitu. Mungkin emang ini orang aja nih yang problematik.” Chaewon menunjuk-nunjuk Karina penuh emosi.

“Bodo amet, Chae! Gue mau jajan ke kantin Fakultas Kebidanan dulu di depan. Ada yang mau ikut atau nitip gak?”

“Gak kurang jauh itu jajan ke sana?” tanya Soobin sarkas, padahal radius seratus meter dari sini juga ada kantin. Karina memang contoh nyata dari mempersulit hidup sendiri.

“Kan gue ke sananya pake motor, Soobin. Cirambay di sana enak. Ini serius gak ada yang mau ikut nih?” Karina sudah naik ke atas motornya yang terparkir di sana.

Beomgyu cengkat lalu menepuk-nepuk pantatnya yang kotor. “Aing milu atuh, Rin! Aing géh hayang jajan ah, peurih beuteung!” (yang artinya : Gue ikut dong, Rin! Gue juga mau jajan ah, laper!)

“Ayo, Gyu!”

























.

.

.

Sementara itu, Yeonjun yang sudah duduk nyaman di belakang kemudi berniat meninggalkan area parkiran fakultas. Namun kakinya dibuat refleks menginjak pedal rem saat mendengar bunyi klakson panjang menyerang.

Lalu melintaslah Karina yang tak memakai helm bersama motor metik warna merahnya secara ugal-ugalan.

Di belakangnya nampak Beomgyu membonceng seraya memegangi kedua pundaknya. Pekikannya terdengar ke mana-mana karena pas bertemu dengan polisi tidur main diterabas saja tanpa mengurangi kecepatan.

“Astaga, wanita itu.”


























.

.

.

TBC

Mas Dosen || YeonRina [SLOW UPDATE]Where stories live. Discover now