🦊 06 💙

1.5K 59 0
                                    

Kamar yang dari awal memang berantakan itu kini sudah tak ada bedanya dengan tempat pelelangan pakaian. Karina mengeluarkan semua koleksi dress cantik dan sepatunya, lalu dijajarkan rapih di sekitaran ranjang hingga sofanya.

Jennie bilang bahwa mereka ingin bertemu malam ini juga. Irene menyanggupi, dan sekarang semuanya sedang bersiap-siap.

“Yang ini aja apa ya?” Karina menjembreng mini dress warna gold di depan tubuhnya sambil ngaca. “Ah, nggak nggak. Belahan dadanya rendah. Nanti belahan dada gue kelihatan. Mana talinya juga seuprit begini.”

Ia menyimpannya kembali ke atas ranjang karena itu terlalu seksi. Pokoknya first impression itu harus baik, dan harus memberikan kesan elegan karena ia adalah wanita dari keluarga terpandang.

Kini Karina beralih mengambil gaun warna merah, setelah dilihat-lihat ia menggeleng karena menurutnya terlalu wah. Mengambil yang lain lagi dan masih tidak cocok juga karena payetnya keramean, kelap-kelip seperti baju emak-emak kalau kondangan.

Setidaknya butuh waktu sekitar setengah jam sampai akhirnya ia bisa memutuskan pilihan pada dress warna hitam dengan panjang di atas lututnya.

“Oke, gini aja.” senyum cantiknya mengembang. Sebagai penyempurna, parfum dari brand kenamaan disemprotkannya di area leher dan pergelangan tangannya.

 Sebagai penyempurna, parfum dari brand kenamaan disemprotkannya di area leher dan pergelangan tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Sayang, udah siap belum?” teriakan Irene menggema di depan pintu. “Ayo, bentar lagi jam tujuh. Gak enak kalau kita telat dan membuat mereka kelamaan nunggu.”

Karina meliriknya sekilas, ia menyisir kembali rambut panjangnya lalu mengambil dompet serta ponselnya. “I’m coming, Mah!”



























.

.

.

Turun dari mobil, Karina lagi-lagi dibuat berbinar karena restoran tempat mereka bertemu ternyata adalah restoran favoritnya.

Restoran dengan menu utama makanan khas Korea dan Jepang. Ia dan Chaewon sering sekali ke sini karena harganya tergolong ramah di kantong mahasiswa. Tempatnya bagus dan nyaman, dan yang terpenting makanannya enak-enak.

“Siapapun laki-laki itu ternyata dia sangat mengerti selera gue.” batinnya senang.

“Pak Joonmyeon dan Ibu Irene?” seorang pelayan perempuan menyambut mereka dengan sopan di depan pintu.

“Iya benar. Saya dan keluarga saya datang ke sini atas undangan dari Pak Taehyung dan Ibu Jennie.” terang Joonmyeon.

“Kalau begitu mari saya antar ke lantai atas, Pak. Semuanya sudah dipersiapkan. Pak Taehyung, Ibu Jennie, dan Pak Yeonjun sudah menunggu.”

Nama terakhir itu membuat Karina terkesiap lalu blank beberapa saat. Pak Yeonjun katanya? Ia tidak salah dengar kan?

“Mah, Mah, Mah!” ia mulai grasak-grusuk tak karuan menempeli Irene. “Laki-laki yang mau dikenalkan kepadaku itu siapa sebenarnya?” bisiknya was wes wos.

Irene malah tertawa geli kemudian mencolek dagunya. “Sabar dong, Sayang. Mamah tahu kamu itu emang udah ngebet banget. Bentar lagi ketemu kok.”

“Bukan masalah ngebet, Mamah! Cuma mau mastiin aja, takutnya dia adalah orang yang aku kenal.”

“Bisa jadi kenal sih? Soalnya Mamah denger-denger dia itu profesinya dosen, di kampus tempat kamu kuliah pula.”

What?!”

Karina tambah gelagapan. Langkahnya mendadak berat sekali meniti anak tangga, seolah-olah kakinya sedang menyeret sebuah jangkar raksasa.

Ia mulai merutuki kebodohannya sendiri yang kenapa tidak bertanya detail dulu mengenai siapa yang akan dikenalkan kepadanya itu. Mendengar bahwa lelaki tersebut masih muda, mapan, dan kaya raya malah langsung bersemangat saja.

Sementara itu di lantai atas, Yeonjun masih sempat-sempatnya membalas pertanyaan para mahasiswa bimbingannya di grup. Dia tidak banyak bertanya tentang siapa wanita yang akan dipertemukan dengannya. Nanti juga tahu sendiri, pikirnya.

“Hey, Yeonjun.” Jennie menepuk pahanya dan mengisyaratkan agar putranya itu berhenti sibuk sendiri karena Dokter Joonmyeon dan keluarganya sudah datang.

Yeonjun menurut. Benda pipih itu lantas disimpannya ke dalam saku jas, lalu berdiri menyambut kedatangan keluarga tersebut dengan pamer senyuman tampan.

Joonmyeon dan Irene berjalan ke sana dengan raut berbunga-bunga, lalu saling beramah tamah dengan Taehyung dan Jennie yang sama bahagianya.

Karina terus saja menutupi wajahnya menggunakan dompet yang dipegangnya, dan berusaha bersembunyi di balik tubuh Irene yang jelas-jelas tidak lebih tinggi darinya.

“Oh, jadi ini yang namanya Yeonjun?” Joonmyeon mengulurkan tangan kanannya mengajak bersalaman, dan langsung disambut dengan baik oleh yang bersangkutan.

“Hallo, Om. Salam kenal.”

“Iya, salam kenal juga. Kamu tinggi banget ya ternyata? Bikin saya insecure aja.”

Joonmyeon dan candaannya yang ngenes itu membuat mereka tergelak, sementara Karina semakin ketar-ketir karena dari suaranya saja itu memanglah Yeonjun sang dosennya.

“Hey, ayo salam dulu sama Tante Jennie dan Om Taehyung.” suruh Irene kepada Karina yang masih enggan menunjukkan wajahnya.

Yeonjun tersenyum kecil dan mulai penasaran. Karena dilihat dari penampilan serta rambutnya yang panjang, sepertinya wanita ini cantik. Apalagi orangtuanya juga sangat good-looking, pasti hasil produksinya juga tidak main-main.

“Hallo?” sebagai gentleman, si pak dosen pun berinisiatif untuk menyapa duluan.

Irene berucap lagi kepada putrinya. “Tuh, kamu disapa! Ayolah, jangan bikin Mamah sama Papah malu! Tadi kan kamu yang ngebet pengen ketemu cepet-cepet, kenapa sekarang jadi ciut gini?”

Yeonjun semakin mesem-mesem mendengarnya. Ternyata gadis ini antusias mau bertemu dengannya.

Sementara Karina rasa-rasanya ingin menghilang saja dari peradaban. Kenapa ibunya itu harus berbicara seperti itu di depan Yeonjun. Membuat malu saja.

“Ayo, ih!”

Pada akhirnya Karina mau juga menurunkan dompet tersebut dari wajahnya, dan dengan cengiran canggungnya ia pun menyapa.

“H-hai, Pak Yeonjun?”

Senyum si tampan seketika luntur dan berubah menjadi raut kaget karena ia juga sama sekali tidak menyangka.

“K-Karina?”

































.

.

.

TBC

Mas Dosen || YeonRina [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang