🦊 07 💙

1.5K 58 4
                                    

Keempat orang tua itu tercengang. Tidak menyangka kalau anak-anak mereka ternyata sudah saling kenal.

“Karina ini mahasiswi bimbingan saya, Om, Tante.” terang Yeonjun saat Irene menanyakan mereka kenal dari mana.

“Berarti kalau gitu kamu ini dosen pembimbingnya Karina? Oh, jadi yang selama ini sering dibilang rese sama anak saya itu kamu?”

Plak!

Karina menepuk jidatnya putus asa. Gregetan dengan mulut ibunya yang ceplas-ceplos minta dilakban.

“Rese? Rese gimana ya, Tan?” tanya Yeonjun dengan kening mengernyit heran. Perasaan selama ini Karina yang rese padanya?

Karina melipat bibirnya ke dalam lalu mendelik kepada Irene seraya menyenggol-nyenggolkan bahunya pelan. Memberi kode kepada ibunya itu agar berhenti membuka aibnya di depan Yeonjun.

Sayangnya Irene tidak peka. Dia malah kebablasan menceritakan semua yang telah dicurhatkan anaknya bahwa Yeonjun itu dospem yang cerewet dan kerap kali menerornya.

Mendengar itu, Jennie pun bisik-bisik tetangga kepada suaminya. “Roman-romannya bakal love hate ini, Mas.”

“Ho’oh, Jane.”

Yeonjun menanggapi cerita Irene dengan santai. Dia membeberkan alasan di balik itu semua adalah karena progres Karina yang memang sangat lambat.

Irene pun membenarkan kalau putrinya memang pemalas, padahal sebenarnya mampu dan cerdas. Maka dari itu dia bilang kepada Yeonjun tak apa-apa Karina diteror saja, supaya cepat-cepat wisuda.

“Aish, Mamaaah...” rajuk Karina kepada Irene yang membuat semuanya tertawa. Tak terkecuali Yeonjun yang kini tengah menatapnya.

Acara makan malam itupun dimulai. Dibanding Karina yang hanya peduli pada makanan di piringnya, Yeonjun lebih responsif menanggapi obrolan para orang tua di sana. Hal itu membuat Joonmyeon dan Irene semakin terpincut dan gatal ingin melabelinya sebagai menantu idaman.

“Gimana kalau kita berempat pergi karaokean setelah ini?” usul Jennie yang berniat meninggalkan Yeonjun dan Karina agar bisa berduaan.

Taehyung setuju. “Boleh, Jane. Mbak Irene dan Mas Joonmyeon gimana?” tanyanya seraya berkedip-kedip aneh. Memberi kode supaya keduanya ikut karena punya niat terselubung di dalamnya.

Ajaibnya untuk kali ini Irene peka. “Ide bagus, Tae! Aku sama Mas Joonmyeon juga baru aja mau ngusulin itu.” bohongnya, padahal kepikiran saja tidak.

Joonmyeon menjentikkan jarinya. “Oke, pokoknya habis makan kita berempat langsung capcus ya? Yeonjun, saya bisa minta tolong sama kamu?”

“Ada apa, Om?”

“Tolong nanti anterin Karina pulang ya? Bisa kan?”

Karina seketika geger, ia langsung menelan bulat-bulat potongan daging di ujung sumpitnya untuk kemudian protes kepada ayahnya.

“Papah apa-apaan sih? Gak usah ngerepotin Pak Yeonjun, Pah! Aku bisa pulang sendiri naik ojek!”

“Kamu udah cantik-cantik pake dress kayak gini masa pulang naik ojek? Gak, pokoknya Papah gak ngizinin. Kamu pulang sama Yeonjun, titik! By the way, Yeonjun bisa kan nanti anterin Karina pulang?”

Yeonjun mengangguk. “Bisa, Om. Aman pokoknya.”

“Tuh, bisa katanya.”

“Aish! Aku mau ikut kalian karaokean aja.”

Sang ayah tetap menolak. “Nggak bisa. Playlist kami berempat itu lagu Thomas Arya sama Deddy Dores semua. Kamu mana nyambung sama lagu kayak gituan? Mending di sini makan sama Yeonjun, jelas-jelas kenyang.”

Pada akhirnya keempat orang itu benar-benar beranjak, meninggalkan Karina yang pasrah terjebak berduaan bersama dosennya.

Yeonjun meminta kepada pelayan agar membereskan piring-piring kotor di mejanya. Setelah bersih, sengaja ia pindah ke kursi kosong di samping Karina. Karina yang sedang melahap sushi sudah horor saja tatapannya.

“Bhwapwak ngaphwain shweh pindhwah dhwudhuk ke shwinih?!” tanyanya sengit menyerempet tak jelas.

“Kunyah dulu. Gak baik berbicara dengan mulut penuh. Nanti kamu tersedak.” balas Yeonjun perhatian.

Karina malah membuang muka dengan kesal lalu mengunyah sushi itu dengan ganas. Dari tempatnya diam-diam Yeonjun memperhatikan. Pipi yang mengembung itu bergerak-gerak, dan entah kenapa hal tersebut nampak lucu di matanya.

“Bapak ngapain sih pindah duduk ke sini?!”

Pertanyaan galak itu menyadarkan si pak dosen dari lamunan. “Y-ya kan gak enak kalau jauh-jauhan. Kamu di sini saya di ujung sana, nanti ngobrolnya gak kedengeran.”

“Mau banget ya, Pak, ngobrol sama saya?”

Beruntungnya kesabaran Yeonjun tidak setipis kertas. Wanita ini benar-benar membuatnya gregetan. Mau diajak ngobrol baik-baik responnya malah menyebalkan. Tapi kalau diabaikan juga jelas saja itu tidak sopan. Serba salah jadinya.

“Denger-denger tadi ada yang ngebet nih mau ketemuan sama saya?”

Karina menyipitkan matanya. Gara-gara ibunya, kini lelaki ini malah meledeknya. “Bapak gak usah geer ya!”

“Lho? Geer gimana? Mamah kamu sendiri yang bilang gitu.”

“Saya emang eksaited buat datang ke sini, karena saya nggak tahu kalau laki-laki yang mau dikenalkan kepada saya itu adalah Bapak! Pas saya lihat Bapak, ekspektasi saya langsung hancur lebur tahu gak?!”

Mau bagaimanapun juga Yeonjun tetaplah manusia biasa yang punya perasaan. Dia terdiam sejenak karena kalimat tersebut cukup menyayat hatinya. Hancur lebur katanya. Sadis sekali.

“Sebegitu gak maunya kamu sama saya, Karina?”

“Nggak! Masalah pertemuan ini, lupain aja! Saya gak minat sama Bapak!”

“Ya udah. Maaf kalau saya sudah menghancurkan ekspektasi indah kamu. Saya juga nggak tahu kalau wanita yang mau dikenalkan kepada saya itu kamu. Sekali lagi maaf.”

Setelah mengatakan itu dengan lirih, Yeonjun pindah lagi ke tempat duduknya yang semula dan memilih bungkam seribu bahasa.

Karina acuh dan lanjut menikmati makanannya. Namun lama-lama keterdiaman ini membuatnya tak nyaman.

Saat curi-curi pandang ke arah Yeonjun, lelaki itu hanya menatap lurus ke arah jendela kaca besar yang menampilkan gemerlapnya lampu gedung-gedung pencakar langit di luar sana.

Raut wajahnya sangat tidak bersahabat seperti menahan sesak di hatinya. Karina jadi merasa bersalah. Ia mulai berpikir apakah ucapannya tadi benar-benar keterlaluan?

“Pak, Bapak baik-baik aja?”

Yeonjun hanya meliriknya sekilas dan kembali fokus pada objek tatapan awalnya. Karina meringis karena ia diabaikan.

“Pak, s-saya minta maaf kalau ucapan saya terlalu tandes dan menyinggung perasaan Bapak. Maaf, Pak.”

Hening.

“Pak, kok Bapak diem aja sih? Saya minta maaf, Pak.”

Masih hening juga.

“Pak Yeonjun.”

“Habiskan makanan kamu, Karina. Nanti saya anterin kamu pulang.”

Sekarang Karina gelagapan. Karena saat menjawab barusan, Yeonjun bahkan ogah untuk menatap wajahnya.






























.

.

.

TBC

Mas Dosen || YeonRina [SLOW UPDATE]Where stories live. Discover now