31. Keputusan

1K 66 14
                                    

Semoga kalian gak lupa sama ceritanya 😭🙏🏻

_____________________________________

BRAKK!

Daffa tiba-tiba saja menerobos masuk ke ruang khusus karyawan tempat Dzikri bekerja membuat beberapa orang yang berada di dalamnya tersentak.

“Heh lo siapa anjir tiba-tiba masuk”

Daffa tidak menggubris karena tujuannya kesini cuma satu, mencari Dzikri

“Dzikri mana?”

“Dzikri gak ada” ucap salah seorang diantara mereka

Daffa meraih kerah kemeja orang tersebut “Kemana pacar gue?”

“Dia jalan sama bos”

BUG!

Daffa meninju orang tersebut hingga terjatuh, setelahnya dia berlalu dari sana dengan perasaan yang semakin tidak karuan. Dzikrinya bermain belakang heh? Sudah berani macam-macam ya?

“Dzikri anjing lo dimana sekarang?” Akhirnya setelah berulang kali mendial nomor Dzikri, pemuda itu mengangkatnya juga.

“Gue udah di kos”

“Tunggu gue di sana jangan kemana-mana. Awas aja lu sampai kabur”

Daffa kemudian melajukan motornya kembali ke kos. Diperjalanan pikirannya berkecambuk. Dia berulang kali bertanya pada dirinya sendiri, apa salahnya sampai Dzikri tega menghianatinya?

Padahal Daffa sudah memberikan segalanya untuk pemuda itu. Segalanya, sampai Daffa merasa hidupnya tidak akan berguna lagi jika tanpa Dzikri.

Ah sial, rasanya Daffa ingin menangis saja sekarang.

****

“Lu selingkuh?” sudah cukup Daffa bersabar sejak tadi, sekarang tidak lagi. Biarkan permasalahan ini berakhir hari ini juga.

Dzikri menunduk, tidak berani menatap Daffa barang sedetik pun.

“Gue salah apa Dzikri?”

Hening – Dzikri lagi-lagi memilih bungkam.

“Sini naik ke kasur, kita selesaiin masalahnya hari ini. Gue gak mau berlarut-larut”

Dzikri menurut, dia naik ke atas kasur, duduk di samping Daffa. Dzikri kira Daffa akan menonjoknya saat tangan pemuda itu mengudara, ternyata dugaan Dzikri salah. Daffa justru meraih Dzikri ke dalam pelukannya.

Lama mereka berada di posisi yang sama, sampai akhirnya Dzikri melepaskan diri terlebih dahulu,

“Daffa”

“hm?”

“Ayo putus”

DEG

Daffa membeku seketika, dadanya sesak luar biasa. Dia tidak pernah membayangkan bahwa kalimat itu akan keluar dari bibir Dzikri.

Selama ini, Daffa selalu berkeyakinan bahwa kelak yang akan memutuskan hubungan mereka adalah dirinya. Dia akan memutuskan Dzikri ketika sudah ingin, ketika dirinya sudah merasa bosan.

Brengsek kan? Memang! Dan sayangnya Daffa tidak pernah menyadari kebrengsekannya. Dia hanya akan mengingat kebaikannya pada Dzikri tanpa sedikitpun merasa bersalah atas ucapan atau perbuatan buruk yang dia lakukan.

“Kenapa minta putus? Udah ngerasa hebat lu bisa dapetin Angga hah?”

Daffa berdiri, dia menatap Dzikri nyalang “Asal lu tau aja Dzikri, Angga itu temen tongkrongan gue dan dia deketin lu pasti cuma manfaatin doang. Anak itu suka sama gue dari lama!”

Feeling LonelyWhere stories live. Discover now