27. Mulai Membandingkan

1K 41 5
                                    

INI PART 26

Sebelum baca mohon liat part-nya lebih dulu ya soalnya cerita ini gak berurutan hehe, thank you 🙏🏻

-----------------------------------------------------------

Jujur saja, pengakuan Angga dua hari lalu sedikit banyak telah mempengaruhi Dzikri. Ada perasaan tidak biasa yang Dzikri rasakan.

Perasaan dihargai yang selama ini tidak pernah menjadi bagian dari yang memenuhi hatinya, tiba-tiba menyapa ruang-ruang kosong itu dengan begitu lembutnya.

Seperti meneteskan air pada kemarau yang panjang, Angga benar-benar membuat Dzikri merasa segar hanya dengan kalimat sederhana,

"Lu kuat banget, gue kagum sama lu"

Dzikri haus validasi? Tidak, sama sekali tidak!

Hanya saja hidup selama dua puluh tahun dengan begitu banyak kalimat negatif yang terus meragukan dirinya seakan dia tidak mampu melakukan apapun tentu saja membuat Dzikri ingin merasa dihargai, meski hanya satu kali.

Tapi jangankan orang lain, orang tuanya sendiri pun tidak pernah mengapresiasi Dzikri. Mereka hanya sibuk mengurus dirinya sendiri tanpa merasa bersalah atas hancurnya mental anak-anak mereka.

Lalu ketika Dzikri menemukan Daffa dan menjadikan laki-laki itu sebagai harapan terakhirnya. Dzikri belum juga mendapatkan apa yang dia mau.

Daffa belum pernah sekalipun mengatakan bahwa dirinya bangga memiliki Dzikri. Daffa hanya pernah mengatakan bahwa Dzikri adalah yang terburuk dari yang pernah dia temui,

"Demi Allah Dzikri, lu dulu jelek banget asli, mana dekil lagi"

"Gue awalnya cuma mau manfaatin lu doang"

"Lu beda banget sama mantan-mantan gue. Lu bukan tipe gue banget sumpah"

"Minimal kalau gak good looking, good attitude lah"

"Dari semua orang yang pernah deket sama gue, lu paling gak banget Dzik, serius"

Lalu, setelah sekian lama menanti dan tiba-tiba ada orang yang memberi tanpa diminta, Dzikri bisa apa selain merasa bahagia? Merasa dirinya berharga meski untuk orang yang baru dikenalnya.

Maka dengan alasan itulah, Dzikri memutuskan untuk menjalin hubungan baiknya dengan Angga, sebagai seorang teman, yang saling menguatkan, mungkin?

-----------------------------------------------------------

Pagi ini setelah Daffa mengantarnya ke tempat kerja, Dzikri langsung menuju ke dapur. Meski sempat berpapasan dengan karyawan lain beberapa kali, Dzikri memilih mengabaikan.

Toh mereka yang mendiamkan Dzikri terlebih dahulu. Jadi bukan salah Dzikri kalau sekarang dia mendiamkan mereka balik.

Dzikri hanya tidak mau ambil pusing, mau temenan monggo enggak juga gak papa.

Tiba di dapur, Dzikri disambut dengan sosok Angga yang sedang berdiri di depan pantry, sedang membuat teh,

"Mau teh?" Angga menawarkan.

Dzikri mengangguk, memang itu tujuan dia datang ke dapur. Ia  ingin merilekskan pikirannya yang akhir-akhir ini agak ruwet. Meski sebenarnya salah satu alasan ruwetnya pikiran Dzikri adalah Angga.

Eh malah ketemu di sini.

"Tapi biar gue buat sendiri kak" ujar Dzikri sembari berjalan ke arah Angga, hendak mengambil alih gelas yang Angga pegang.

Feeling LonelyWhere stories live. Discover now