28. Mulai Goyah

1K 47 6
                                    

INI PART 28

Sebelum baca mohon dilihat dulu ya part-nya soalnya cerita ini gak berurutan gais hehe, thank you 🙏🏻

-----------------------------------------------------------

Daffa memperhatikan Dzikri yang asik dengan ponselnya sendiri. Entah apa yang sedang pemuda itu lakukan hingga tidak mengindahkan keberadaan Daffa sama sekali.

Dari tadi -- sejak Dzikri pulang kerja pukul empat hingga sekarang sudah hampir pukul delapan -- Dzikri masih asik dengan dunianya sendiri.

Mengacuhkan Daffa yang nampaknya mulai merasa terganggu dengan hal tersebut, "Lu gak makan yang?" tanya Daffa mencoba mengalihkan perhatian.

Dzikri menggeleng, "Masih kenyang gue" jawabnya acuh tak acuh.

Dzikri kemudian menggulingkan badannya dua kali ke sisi kiri hingga posisinya menjadi mepet dengan tembok, menjauhi Daffa.

Daffa tidak berpikir macam-macam karena biasanya Dzikri memang lebih suka nempel ke tembok ketimbang dirinya.

"Lu makan apa dah yang? Perasaan dari balik kerja tadi belum makan" tanya Daffa lagi.

Dia lumayan heran ketika Dzikri mengatakan dirinya kenyang, padahal seingat Daffa dia hanya membawakan sedikit bekal untuk Dzikri.

Ditambah lagi ini sudah pukul delapan malam, terhitung sudah tujuh jam sejak Dzikri makan terakhir kali. Seharusnya Dzikri makan sewaktu istirahat kan?

"Makan di cafe gue, tadi Angga bagi-bagi makanan" Lagi-lagi Dzikri menjawab sekenanya. Dia bahkan menjawab dengan mata yang tak lepas dari ponsel.

Mendengar itu, mata Daffa memincing "Ke lu doang?" tanyanya curiga.

"Enggak kok ke semuanya"

Maafin gue bohong dikit Daf -- batin Dzikri meringis.

Dia hanya tidak ingin Daffa salah paham makanya lebih baik berbohong sedikit daripada harus bertengkar karena hal sepele.
Toh Angga juga hanya memberinya makanan ringan kok, tidak lebih.

Daffa menghembuskan napas lega setelah mendengar jawaban Dzikri. Dia kemudian bergeser ke arah Dzikri dan memeluk pemuda itu dari belakang.

Cup!

Daffa mencium tengkuk Dzikri, menempatkan wajahnya di perpotongan leher Dzikri sambil sesekali mengendus bagian paling sensitif di leher pemuda tersebut.

Menghirup dalam aroma Dzikri yang selalu menenangkan, "Lu wangi banget yang" ujar Daffa masih dengan mengendus leher Dzikri.

Dzikri tidak bergeming, dia hanya membiarkan Daffa bermain-main di area lehernya sambil mengelus rambut Daffa meski hanya sesekali.

Karena tangannya masih sibuk mengetikkan balasan untuk seseorang yang sejak tadi menjadi teman chatting-nya, Angga.

Ini tidak berarti Dzikri sedang selingkuh kan? Dia hanya sedang berdiskusi dengan Angga tentang signature dish di cafenya yang ternyata sudah banyak dijual cafe lain.

Ini tentu saja bukan kabar yang baik. Oleh karena itu, Angga berencana untuk menambah beberapa hidangan yang mungkin akan menjadi hidangan khas mereka sehingga dia butuh saran dari Dzikri.

Dzikri kan karyawannya juga.

"Yang udahan kenapa sih main hpnya lu mah cuekin gue mulu dari tadi. Chatan sama siapa sih?"

Daffa mengangkat tangannya hendak merebut ponsel Dzikri, namun dengan cepat Dzikri menghindar. Ia menyembunyikan ponselnya ke bawah bantal.

"Sama temen cafe gue, dia nanya bookingan cafe buat besok. Dah sekarang lu tidur deh, katanya perutnya nyeri?"

Feeling LonelyWhere stories live. Discover now