30. Ketahuan?

1.4K 48 8
                                    

INI PART 30

Sebelum baca mohon dilihat dulu ya part-nya soalnya cerita ini gak berurutan gais hehe, thank you 🙏🏻

-----------------------------------------------------------

Sebelum lanjut part 30, gue mau minta maaf sama kalian semua karena gak bisa update cepet akhir-akhir ini. Ada alasan kenapa bab ini ngareet bgt.

Jujur, gue masih adaptasi ke aktivitas baru gue. Gue masih belum terbiasa kerja dari pagi sampai mau mahgrib setiap harinya.

Jadi, gue itu kerja dari pagi sampai jam tiga, terus lanjut ngajar bimbel sampai jam set 6. Belum lagi kalau habis TO gue harus nyiapin pembahasan yang sekiranya mudah dipahami buat mereka.

Makanya sekarang kalau sampai rumah tuh pengennya rebahan, rebahan, dan rebahan. Molor doang anjir otak gue isinya.

Akhirnya gue gak sempet² ngelanjutin ini cerita. Bahkan minggu aja gue gak sempet karena istirahat sama nyiapin materi. Padahal target gue kemaren bulan ini kelar.

So, gue minta maaf bgt semoga masih ada yang mau baca cerita ini huhu. Dan gue berharap setelah ini gue bisa rutin up lagi biar cepet tamat dan buat cerita baru yeay!

-----------------------------------------------------------

"Dzikri gue minta maaf. Hadap sini dulu coba, gue mau ngomong" Sejak mereka pulang dari menenangkan diri tadi, Dzikri sama sekali tidak mau berkomunikasi dengan Daffa.

Dia hanya membisu setiap kali Daffa mengajaknya bicara. Bahkan saat mereka sudah di atas kasur pun Dzikri memilih abai. Dia justru tidur dengan posisi menghadap tembok.

Ngambek ceritanya

Sementara Rama sudah pulas di kasur sebelahnya. Dan itu lagi-lagi membuat Dzikri muak. Kenapa Rama harus menginap di sini sih, kenapa tidak di tempat lain saja?

"Sayang, gak baik loh laki ngomong dicuekin begini" Daffa mencoba membujuk. Namun lagi-lagi diabaikan oleh Dzikri

Maka dengan perasaan dongkol yang ditahan sekuat tenaga, Daffa turut berbaring di samping Dzikri. Sebelah tangannya ia gunakan untuk meraih tubuh Dzikri yang menyamping dan menariknya kebelakang hingga punggung pemuda tersebut menabrak dadanya.

Posisi ini terlihat seperti Daffa yang sedang memeluk Dzikri dari belakang.

Satu tangan Daffa yang menganggur kemudian ia gunakan untuk mengelus rambut Dzikri sembari bergumam, "Pacar gue ngambek mulu, gue harus gimana" keluhnya entah kepada siapa.

Dzikri yang mendengar itu pun mendengus, "ya makanya usir"

"Ssstt ah orangnya disini" tegur Daffa. Jangan sampai Rama yang sedang tidur mendengar dan masalah semakin runyam.

Tapi seperti tidak mengerti keadaan Dzikri justru cuek, "bodo amat" ucapnya tak peduli. Daffa menghela napas pasrah.

Dia bukannya tidak mau menuruti keinginan Dzikri untuk mengusir Rama dari kosnya, tapi Daffa juga masih punya hati nurani.

Ini sudah malam, Rama mau tidur dimana kalau dia usir sekarang? Toh Daffa juga tidak ingin menjadi sahabat yang tidak tahu diri.

Rama sudah cukup banyak membantunya di masa-masa sulit selama ini. Masa iya, ketika Rama berada di masa sulit Daffa justru mengabaikan?

Tapi sayangnya Daffa tidak menyadari bahwa hadirnya Rama di tengah-tengah mereka menjadikan jarak yang tadinya hanya sejengkal tangan menjadi sejauh ini.

Feeling LonelyWhere stories live. Discover now