Chapter 31

3K 248 23
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


- CRUSH -

Sebenarnya nggak mudah untuk memaafkan Kenzo dan memaklumi alasannya. Dia yang selama ini gue anggap teman baik, nyatanya punya amarah yang sebesar itu. Dan ketika dia sudah tidak mampu untuk membendungnya, amarahnya secara sengaja meluap ke gue.

Gue marah, kecewa juga sebenarnya. Namun mengingat semua yang telah terjadi pada cowok itu, yang tersisa sekarang hanya rasa kasihan. Gue benar-benar berharap setelah ini Kenzo sadar bahwa yang dia lakukan ke gue adalah sebuah kesalahan dan dia nggak akan mengulanginya suatu saat nanti.

Anna:
Lho, Kefano udah pulang duluan.
Emangnya nggak ngabarin lo?

Sudah berapa kali gue membaca pesan tersebut, sebanyak itu jugalah gue cuma bisa menghela nafas lelah. Menyadari bahwa yang dari kemarin gue tunggu kehadirannya, sampai hari kepulangan gue dari rumah sakit pun Kefano nggak muncul sama sekali.

Gue mendesah pelan. Menurunkan kaca jendela mobil untuk membiarkan angin masuk menerpa wajah.

"Papa beliin minum dan snack buat Dava dulu, ya, Ra. Kamu tunggu di mobil aja."

Gue mengangguk ketika Papa berkata demikian. Gue sama sekali nggak berminat untuk ikut keluar saat Papa sudah memarkirkan mobilnya. Mini market dekat rumah adalah pemberhentian kami saat ini.

Ya, awalnya saja gue bilang nggak berminat untuk keluar. Tapi setelah melihat ada sebuah motor yang cukup gue kenal terparkir tidak jauh dari mobil kami, saat itu juga gue langsung keluar dari mobil.

Dari tempat gue berpijak inilah gue bisa lihat dengan jelas Kefano yang sedang mengantri di depan kasir. Nggak lama kemudian dia secara nggak sengaja menoleh ke luar dan melihat gue dengan tatapan yang sulit untuk gue artikan.

Setelah seharian penuh ini menghilang tanpa kabar, entah kenapa rasanya ada yang janggal saat bertemu dengannya seperti ini.

Gue memutuskan untuk masuk ke dalam mini market itu. Mendorong pintunya begitu saja, sampai gue nggak sadar kalau ada orang yang menarik pintu dari arah dalam di waktu yang bersamaan.

"Aw!!"

"Eh, mba maaf, maaf. Saya nggak sengaja."

Seketika luka di perut gue mengeluarkaan rasa nyilu yang bukan main. Gimana nggak nyilu kalau tangannya orang itu nggak sengaja menekan area luka di perut gue.

"Mba? Maaf, mba nggak apa-apa, kan?"

Sampailah dimana gue bisa merasakan tubuh gue yang tadinya ditahan sama orang itu kini  berpindah ke tangan orang lain. Aroma parfume yang selalu gue cium ketika berdekatan dengan Kefano menguar begitu jelas.

"Maaf, Mas. Itu kayaknya mbanya kesakitan. Saya nggak sengaja tadi soalnya nggak lihat ada orang di luar."

Gue lihat Kefano mengangguk pelan. "Nggak apa-apa, mba. Biar saya yang urus," katanya.

CRUSH | SO JUNGHWAN ✅Where stories live. Discover now