Chapter 10

2.8K 227 8
                                    

- CRUSH -

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

- CRUSH -

Nggak ada yang lebih perih daripada harus ngelihat adik gue terbaring selemah itu di ranjang rumah sakit. Ngelihat semua alat bantu yang terpasang di tubuhnya setelah melewati operasi selama beberapa jam.

Satu-satunya yang gue takutin saat ini adalah gue takut Dava lupa sama semua yang terjadi dihidupnya, orang tuanya, kakak-kakaknya, teman-temannya, dan bahkan tentang dirinya sendiri, karena benturan akibat kecelakaan kemarin membuat kepalanya Dava mengalami pendarahan.

Operasi sudah berlangsung semalam, Mama, Papa, dan juga Viona ikut hadir nungguin di depan ruang operasi. Anna dan Vanesa juga nggak absen, keduanya menemani gue dan menenangkan gue selama operasi berjalan.

Hal lain yang buat gue sedih adalah Mama dan Papa yang bukannya nurunin ego untuk nggak berantem, malah tega beradu ego di depan Dava yang masih belum sadar sampai sekarang.

"Kalau jagain anak itu yang becus. Masa jagain anak sendiri aja bisa seceroboh itu?" Suara Papa meninggi, buat Mama yang lagi sibuk memegangi tangan Dava itu jadi menoleh.

"Apa bedanya dari kamu yang nggak pernah punya waktu untuk anak-anak, Mas? Jangan cuma nyalahin aku aja, kamu juga seharusnya--"

"Aku kerja itu buat anak-anak, buat kamu, buat keluarga kita! Kalau aku nggak kerja, kalian mau makan apa?"

"Kerjaan macam apa sih yang buat kamu nggak betah tinggal di rumah? Memangnya kalau sehari nggak kerja, kamu bakal dipecat? Atau kamu memang ada wanita lain di kantor, makanya kamu lebih mentingin kerjaan dibandingkan keluarga kamu sendiri?"

Dan seterusnya yang membuat gue dan Viona sama-sama muak dan geram ngedengerin pertengkaran itu. Namun berbeda dari Viona yang masih menahan diri terus di dalam ruangan, gue lebih memilih untuk keluar ruangan untuk mencari suasana segar. Nggak lupa ngebanting pintu untuk melampiaskan kekesalan gue.

Di luar memang lebih ramai, tapi enggak serunyam di dalam ruangan. Lorong rumah sakit gue lewati begitu saja dengan tenang, berlanjut ketika gue sampai di lobby, gue menemukan seseorang yang sangat gue kenal, namun sudah lama rasanya nggak ketemu.

"Kak Tania!"

Cewek berkaos abu-abu itu menoleh ke gue. Dengan kacamata bergaya cat eye-nya, ia kemudian tersenyum. Lalu segera melangkah mendekati gue.

"Woii!" serunya sambil melambaikan tangan dengan ceria. "Anjirr, udah lama banget kita nggak ketemu!" ujarnya yang gue balas dengan kekehan.

"Gimana, gimana, gimana? Lo masih suka sama adik gue?"

Itu pertanyaan pertama yang Kak Tania lontarkan kepada gue. Asal kalian tau aja, Kak Tania adalah kakaknya Kefano, yang merupakan senior gue dulu di PMR.

Gue udah pernah menyinggung kalau Kefano itu anak bungsu kan? Nah, Kak Tania ini adalah kakak keduanya Kefano. Kakak yang satunya lagi alias kakak pertamanya kalau nggak salah udah menikah dan tinggal di luar kota. For your information aja, Kak Tania sekarang kuliah di Australia, dia ngambil jurusan psikologi, dan sekarang udah semester 4.

CRUSH | SO JUNGHWAN ✅Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon